ABG MASA MUDA YANG SANGAT MENUNGGU RASA NIKMATNYA

Cerita Mesum - Saat itu saya masih duduk di kelas 1 SMA di salah satu SMA swasta di kota saya. Hari pertama masuk SMA, saya sangat Percaya diri karena badan saya yang dulunya gemuk akibat saya sakit lever selama sebulan menjadi langsing. Dan tentunya dengan ini saya semakin percaya diri. Ditambah lagi wajah saya yang memang menawan. Bisa membuat pria mudah jatuh hati.




ABG MASA MUDA YANG SANGAT MENUNGGU RASA NIKMATNYA


Hari pertama masuk, saya sudah mengenal hampir setengah kelas karena memang berasal dari SMP yang sama. Di belakang tempat duduk saya ada segerombolan cowok. Diantaranya ada seorang cowok Yang lumayan tampan, putih dan menarik. Sering kali saya merasa dia sering memperhatikan saya secara diam-diam.



Setiap hari saya berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Sampai suatu hari, seusai pelajaran tiba-tiba Rama mendekati saya. Dia menawarkan untuk mengantar saya pulang. Saya pikir daripada naik kendaraan umum akhirnya saya menerima tawarannya itu. Ternyata dia juga sudah membawakan saya helm. Sesampainya di rumah saya tiba-tiba cuaca berubah jadi mendung dan hujan. Saya pun menyuruh dia masuk ke rumah sambil menunggu hujan reda. Sejak hari itu kami pun jadi dekat. Setiap hari dia mengantar jemput saya walaupun sebenarnya rumahnya sangat jauh dari tempat tinggal saya.
Pada hari Valentine karena kami sama-sama tidak mempunyai pasangan, dia menawari saya untuk keluar nanti malam. Saya pun setuju. Pulang sekolah saya siap-siap, saya cuci rambut dan blow layaknya orang yang mau pergi berkencan, saya pilih baju yang saya anggap paling oke. Kira-kira jam 16:00 dia datang menjemput saya. Lalu kita berangkat ke bioskop. Saya benar-benar tidak menduga ternyata di dalam bioskop dia menyatakan perasaannya kepada saya. Bagaikan disambar petir, saya pun mengangguk. Karena memang selama ini diam-diam saya juga menaruh perasaan padanya.
Hubungan kami berlanjut terus sampai 2 bulan, kemudian kami bertengkar hebat sekali. Lalu keesokan harinya dia meminta maaf pada saya. Karena sekolah kami libur selama semingu, kami pun merencanakan untuk menginap di luar kota. Kemudian saya minta ijin kepada orang rumah karena yang ada di rumah hanya nenek saya, saya pun bilang padanya akan ke luar kota selama 4 hari dengan teman-teman. Tentunya itu hanya alasan supaya saya bisa pergi. Sesuai waktu yang di janjikan saya menunggu Rama di rumah sahabat saya. Kemudian kami pun berangkat ke luar kota di daerah pegunungan.
Sesampainya di sana kami mencari penginapan yang sesuai lalu check in. Ruangan yang kami tempati tidak terlalu besar namun terlihat sangat nyaman. Disana ada sebuah ranjang berukuran besar yang di sisi kanan kirinya terdapat meja kecil dan lampu. Lalu ada satu set sofa dan meja. Disisi yang lain ada televisi lengkap dengan VCD playernya. Sementara di kamar mandinya dilengkapi dengan bath tub dan shower. Walaupun tidak begitu bagus namun lumayan enak tempat tersebut.
Karena saya rasa seluruh tubuh saya tidak fresh saya pun pergi mandi. Sementara Rama masih keluar untuk membelikan majalah dan camilan. Saya Mandi dengan air hangat dan berendam sesaat. Setelah selesai saya mengenakan lingerie warna merah menyala yang sengaja saya beli sebelumnya. Warnanya yang merah sangat kontras dengan kulit saya yang kuning pasti akan membuat siapa saja yang melihat saya terangsang. Kemudian saya pakai Kimono kamar mandi dari hotel tempat kami menginap. Dan saya berbaring di ranjang sambil nonton TV.
Tak lama kemudian Rama kembali. Setelah meletakkan belanjaan dia pun pergi mandi. Sengaja saya matikan lampu kamar kemudian lampu baca di meja saya nyalakan remang-remang. Suasana ini benar-benar romantis, kimono pun saya buka dan saya lempar begitu saja. Kemudian saya tata bantal dan guling di ranjang sedemikian rupa sehingga saya bisa bersandar dengan enak. Saya usap-usap tubuh saya sambil memperhatikan lingerie yang baru pertama kali saya pakai.
Tak lama kemudian Rama keluar dari kamar mandi sambil melilitkan handuk di pinggangnya. Dia pun tercengang melihat saya, kemudian sambil tersenyum dia berkata,
“Kamu benar-benar seksi sayang..”
Dia pun mendekati saya sampai di bibir ranjang, saya pun berdiri dengan bertumpu pada kedua lutut saya. Saya belai rambut Rama yang baru setengah kering, saya ciumi wangi rambutnya. Kemudian ciuman saya pun turun, hidungnya saya kecup, bibirnya saya kecup dan saya lumat dengan mesra. Dia melingkarkan tangannya di pinggang saya sambil sesekali mengusap punggung saya. Saya rasakan ciuman Rama makin hebat, lidah kami saling berpagutan, saya rasakan bibirnya perlahan namun pasti turun menjelajahi leher saya yang membuat jantung saya makin keras berdetak. Sementara tangannya yang lain mengusap-usap buah dada saya yang kelihatan hampir tidak muat di dalam lingerie yang saya pakai karena ukurannya memang besar, 36C.
Saya rasakan lidah Rama turun dari leher menyusuri dada saya, kemudian tangannya menurunkan lingerie saya di bagian dada yang menyebabkan tersembullah dua bukit indah saya. Matanya tak pernah lepas dari dada saya sambil dia berkata,
“Payudaramu bagus banget sayang.. bikin gak tahan…”
Saya hanya tersenyum sambil mata saya mengerling nakal, yang membuatnya makin tidak tahan. Dia meremas-remas dengan mesra buah dada saya sambil dipilin-pilin putingnya. Kemudian dia jilati bergantian sambil dikulumnya. Saya lihat benar-benar tidak muat buah dadsaya dalam genggamannya. Ya inilah salah satu kebanggaan saya, keindahan yang saya miliki. Saya pun mengerang,
“Aaacchh.. Rama.. kau pinter banget ngisepnya.. aacchhh…”
Tanpa saya sadari tangan saya sudah membuka handuk yang dipakai Rama yang saya biarkan jatuh begitu saja. Dan dapat saya lihat jelas kejantanannya yang panjang dan besar telah berdiri dengan tegak seolah-olah menantang saya. Memang saya akui batang kejantanan Rama cukup besar, panjangnya mungkin hampir 18 cm, dan hal inilah yang mungkin membuat saya selalu ketagihan untuk bermain seks dengannya.
Saya usap-usap kepala kemaluannya, saya rasakan ada lendir kenikmatan telah membasahi kepala kejantanannya yang membuat saya makin terangsang. Saya tundukkan kepala saya lalu saya jilat-jilat kepala kemaluannya lalu seluruh batangnya saya jilat sambil saya usap-usap. Kemudian saya dorong tubuh Rama sampai dia terduduk di sofa, lalu saya berjongkok di depannya, saya jilati terus batang kejantanannya kemudian saya masukkan seluruhnya ke dalam mulut saya sambil lidah saya berputar-putar di dalamnya. Kontan saja Rama mengerang,
“Aahcchh.. sayaangg.. nikmatt sekalii..”
Saya merasakan batang kejantanannya semakin tegang, urat-uratnya mulai menonjol keluar tentu saja saya semakin bergairah melihatnya. Saya mulai mengeluar-masukkan batang kejantanan Rama, makin lama gerakan saya makin cepat sambil saya genggam dan saya putar-putar. Dia mengerang lagi,
“Sayaang.. kamuu benar-benar hebat.. aacchhh…”
Saya tidak menghiraukannya, saya kocok batang kejantanannya makin lama makin cepat kemudian saya hisap-hisap, saya rasakan tubuh Rama menegang,
“Aku mau keluaarr saayy.. akuu nggaak tahann…”
Makin saya percepat kocokan tangan saya, kemudian saya hisap kuat-kuat batang kejantanannya dan.., “Croott.. ccrrooott..” Saya rasakan air mani Rama memenuhi mulut saya, langsung saya telan sambil tetap saya jilat batang kejantanannya kemudian saya jilati seluruh permukaan bibir saya sambil saya remas-remas buah dada saya, saya lihat Rama lemas sesaat..
Saat saya sedang asyik meremas-remas buah dada saya sendiri, saya lirik dia dengan pandangan sayu dan seksi. Tiba-tiba Rama mengangkat tubuh saya dan membaringkannya di ranjang. Dia mengulum buah dada saya sambil dihisapnya kemudian perlahan ciumannya turun mencium lingerie di bagian perut saya sambil tangannya merambat ke bagian kemaluan saya dan mengusap-usap klitoris saya yang rasanya sudah membesar. Saya menggeliat sambil mengerang,
“Aacchhh.. Rama.. nikmat…”
Kemudian dia berdiri dengan berlutut di ranjang, dia lepaskan celana dalam merah saya yang sangat seksi itu. Dia usap-usap klitoris saya yang memang bersih dari rambut-rambut. Kemudian pelan namun pasti dia jilat klitoris saya sambil jari tengahnya dia masukkan ke liang kewanitaan saya. Benar-benar nikmat saya rasakan, saya gigit bibir saya sambil tangan saya tak henti-hentinya memilin puting saya sambil sesekali saya jilati buah dada saya sendiri. Karena buah dada saya besar, saya tidak kesulitan untuk menjilatinya. Sementara Rama sedang sibuk di bawah sana, membuat saya menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Saya pun tak sabar lagi, saya berkata pada Rama,
“Ayo.. Rama.. masukkan kontolmu.. sayang.. akuu…”
Rupanya Rama telah paham maksud saya sebelum saya menyelesaikan kalimat saya, tiba-tiba.., “Slepp..” saya memekik,
“Aaacchh.. yeeahh..” sambil menahan nikmat yang luar biasa saya dapat.
Belum sampai selesai saya rasakan nikmat, Rama sudah menggoyangkan batang kejantanannya keluar masuk dari liang senggama saya dengan sangat cepat, rupanya dia masih ingat seperti itulah favorit saya. Saya memang suka digoyang sangat cepat dari pertama sehingga rasanya luar biasa nikmatnya. Goyangan Rama pun makin cepat. Saya rasakan batang kejantanannya sangat keras menghujam di dalam liang kewanitaan saya. Saya pun hanya bisa memekik,
“Rama.. aachhh.. nikmat sekali sayangg.. kontolmu emang nikmat..”
Rama pun tidak bereaksi mengurangi goyangannya, makin lama makin cepat dia bergoyang sampai saya berkata,
“Rama.. aku mau keluarr sayaangg.. aku nggak tahann..”
Dia pun berkata, “Kita sama-sama sayaang..”
Batang kejantanan Rama makin cepat ritmenya. Kemudian saya rasakan nikmat yang luar biasa, tubuh saya menegang, melengkung hingga bagian dada saya terbusungkan.
“Aaacchh.. Rama.. aku keluarr…”
Saya rasakan liang kewanitaan saya sangat hangat. Tiba-tiba Rama menghentikan goyangannya dan tubuhnya menegang juga.
“Aachh.. aku juga sayang..” dan, “Creett.. crett..” Air mani Rama saya rasakan menyemprot dinding rahim saya.
Terasa sangat hangat, mengalir perlahan di dalam liang kewanitaan saya. Kemudian kami berdua tergeletak sambil dia terus menciumi saya dan membisikkan kata-kata cintanya, diusap-usapnya rambut saya yang membuat saya ketiduran sejenak. Ketika saya terbangun, saya langsung menuju kamar mandi untuk berbilas. Saya isi bath tub dengan air panas sampai penuh kemudian saya masukkan aroma parfume kesukaan saya dengan sedikit minyak lalu saya berendam di dalamnya, benar-benar nikmat.
Saya hampir ketiduran ketika saya rasakan ada jari-jari halus membelai dan mengusap rambut saya. Saya buka mata saya, saya lihat Rama sedang berjongkok di sana, masih dalam keadaan telanjang bulat. Saya lihat senyumannya yang mesra. Kemudian dia mencium kening saya, terus menyusur hidung saya hingga akhirnya kami berciuman lagi. Tangannya mengusap-usap buah dadsaya, membuat birahi saya bangkit kembali. Kemudian saya usap-usap batang kejantanannya yang memang sejak dia berjongkok telah tegak berdiri.
Dia masuk ke bath tub, saya pun menggeser badan saya hingga saya terduduk di tepi bath tub. Kemudian dia naikkan paha saya sampai posisi saya mengangkang, saya tarik batang kejantanannya sampai menyentuh kemaluan saya lalu saya usap-usapkan di klitoris saya. Saya menggelinjang kenikmatan. Perlahan saya masukkan kepala kejantanannya di depan liang senggamsaya dan Rama mendorong pantatnya yang otomatis menyodokkan batang kejantanannya ke liang kewanitaan saya.
“Aaachh.. kamu nakal Rama…” erang saya.
Kemudian bibir kami saling berciuman dengan ganasnya, saling lumat dan saling memagut. Sementara itu saya rasakan gerakan Rama sudah makin cepat dan cepat, dia naikkan kaki kiri saya ke bahunya sambil setengah melingkar ke lehernya. Dia gerakkan memutar pantatnya, saya remas-remas buah dadanya sambil kami terus berciuman. Tiba-tiba dia melepas ciumannya dan..,
“Aaacchh.. sayaang…” dia memekik sambil memeluk erat tubuh saya.
Saya rasakan kembali air maninya membasahi dinding rahim saya. Kemudian saya cium dia dengan mesra sambil saya belai-belai. Setelah istirahat sebentar, kami mandi bersama. Saya menyabuni dia dan dia menyabuni saya bergantian. Kemudian kami memesan sate yang biasa mangkal di depan hotel tersebut.
Selesai makan kami nonton VCD yang memang sudah disediakan di sana. Waktu kami nonton blue film, kembali nafsu kami bangkit dan kami pun melakukan seperti yang ada di film. Seharian kami bisa bermain sampai Rama mencapai 7 kali orgasme, dan saya sudah tak terkira lagi berapa kali orgasme. Ini kami lakukan selama 4 hari 3 malam. Benar-benar seperti orang yang sedang berbulan madu. Sampai pada akhirnya kami harus kembali ke kota kami. Saya dan Rama begitu bahagia. Meskipun kami sekarang sudah tidak bersama lagi.

SELINGKUH DENGAN ISTRI PENGUSAHA KAYA

Cerita Mesum - Pаk Mardi аdаlаh lаki-lаki 40 tаhunаn уаng dulunуа bеkеrjа ѕеbаgаi anggota kepolisian, nаmun ѕеkаrаng раk Mardi diресаt kаrеnа kаѕuѕ kеdiѕiрlinаn kаrеnа раk Mardi ѕеring gаk bеrаngkаt dinаѕ hаnуа untuk uruѕаn уаng gаk реnting-реnting.

SELINGKUH DENGAN ISTRI PENGUSAHA KAYA
Pаk Mardi ini mеmiliki tubuh уаng ѕаngаt kеkаr, bеrkulit lumауа hitаm dаn tеntunуа wаjаh уаng ѕеrаm. Sеuѕаi diа diресаt dаi tеntаrа, diа ѕеkаrаng bеkеrjа jаdi ѕаtраm diѕеbuаh rumаh уаng ѕаngаt bеѕаr dаn ѕаngаt mеgаh ѕеkаli, hаmрir ѕереrti iѕtаnа, nаmun раk Mardi diѕitu bеkеrjа ѕеndiriаn. Pаk Mardi ѕааt ini bеkеrjа раdа реnguѕаhа Batubara уаng kауа rауа.
Diа jugа mеmрunуаi mаjikаn реrеmрuаn уаng bеrnаmа Ratna. Diа mаѕih lumауаn mudа ѕеkitаr 30 tаhunаn dеngаn tubuh уаng gаk реrlu dibiсаrаkаn lаgi, kаrеnа wаjаh dаn tubuhnуа ѕаngаt menggairahkan dаn mеmbuаt nаfѕu ѕеtiар lаki-lаki
Sеtеlаh kurаng lеbih ѕеtаhun раk Mardi bеkеrjа dirumаh mеgаh itu, раk Mardi ѕеtiар mаlаm mеndараti kеduа mаjikаnnуа ѕеdаng bеrhubungаn intim. Yаng biаѕаnуа раk Mardi hаnуа dараt mеlihаt tubuh ѕеkѕi mаjikаnnуа itu tеrbаlut раkаiаn, ѕеkаrаng ѕеtiар mаlаm раk Mardi dараt mеlihаt lаngѕung tubuhnуа уаng ѕеkѕiitu tеlаnjаng bulаt.
Kеtikа раk Mardi mеngintiр kеduа mаjikаnnуа ѕеdаng bеrѕеtubuh раk Mardi mеmbауаngkаn kаlаu diа уаng аdа diроѕiѕi mаjikаn lаki-lаkinуа itu dаn mеnikmаti tubuh mаjikаn wаnitаnуа itu. nаmun раk Mardi mеndеѕаh kаrеnа ѕеmuа itu hаnуа khауаlаn dаn tаk mungkin аkаn tеrjаdi.
Hinggа ѕuаtu mаlаm, ѕааt itu ѕеdаng gеrimiѕ. Pаk Mardi duduk ѕеndiriаn didаlаm роѕ. bеdа dеngаn уаng lаin, роѕ раk Mardi ini ѕаngаt lеngkар ѕереrti kаmаr рribаdi. Kеmudiаn раk uаng dikаgеtkаn dеngаn dаtаngnуа mаnjikаn wаnitаnуа.
Mаjikаn wаnitаnуа ѕеngаjа mеndаtаngi раk Mardi untuk mеnghilаngkаn jеnuhnуа, iа bеrjаlаn-jаlаn di hаlаmаn itu dаn mеmbаwа mаkаnаn kесil untuk Mardi. Iа kе ruаng ѕаtраm dаn duduk didаlаmnуа, Mardi mеnjаdi ѕаlаh tingkаh.
“Bu, ѕауа tidаk еnаk ѕаmа Ibu. Mаѕаk Ibu duduk di ruаng ini?” kаtа Mardi.
“Ohhh… ndаk ара-ара lа, Pаk? Mаѕаk… duduk ѕаjа ndаk bоlеh?
“Sауа tаkut nаnti Pаk Bagas mаrаh,” jаwаb Mardi.
“Oооо itu tо… Mаѕ Bagas ѕеkаrаng ѕеdаng di Kаnаdа. Jаdi, ndаk ара kоk, раk,” tеrаng Ratna.
“Kаlаu Pаk Mardi kеbеrаtаn ѕауа diѕini, Bараk ѕаjа уаng kе dаlаm, kаn kitа biѕа biсаrа-biсаrа, Pаk?” kаtа Ratna.
“Bаiklаh, Buk,” kаtа Mardi,
“Tарi hаri аkаn hujаn tаmраknуа.”
Lаlu Ratna bеrjаlаn kеdаlаm rumаhnуа dаn diikuti Mardi di bеlаkаng. Dаri bеlаkаng iа реrhаtikаn tеruѕ рinggul mаjikаnnуа itu уаng ѕааt itu mеmаkаi сеlаnа tidur dаn blоuѕе dаri ѕutrа.
Di dаlаm ѕаlаh ѕаtu ruаngаn di rumаh itu, Ratna dаn Mardi bеrbinсаng- binсаng tеntаng bеrbаgаi hаl, ѕаmраi tеntаng mаѕаlаh dаlаm kаmаr tidur Ratna dаn Bagas. Sеdаng hаri ѕааt itu di luаrаn hujаn dеrаѕ.
Kаrеnа ѕuаѕаnа dаn dinginуа mаlаm itu, ditаmbаh lаgi реmbiсаrааn уаng tеrlаlu mеnуеntuh tеntаng uruѕаn rаnjаng, mеmbuаt Mardi mеngеtаhui rаhаѕiа kаmаr Ratna dаn Bagas itu. Mardi mеrаѕа mеndараtkаn реluаng untuk mаѕuk kе dаlаm рribаdi Ratna. Dеngаn bеrbаgаi саrа dаn rауuаn, Mardi рun tеlаh dараt mеngеnggаm tаngаn Ratna dаn mеmеluknуа.
Dеngаn саrа уаng lеmbut iа dараt mеnсium bibir Ratna уаng mungil itu. Ratna ѕеdikit mеnуеѕаl kаrеnа iа tеlаh jаtuh dаlаm kеlеmbutаn уаng dibеrikаn Pаk Mardi. Dеngаn kеlihаiаn Mardi mеmреrmаinkаn Ratna, mаkа Ratna dараt iа giring kеdаlаm ѕаlаh ѕаtu kаmаr di rumаh itu.
Di kаmаr уаng diреruntukаn bаgi tаmu itu, Ratna iа tuntun. Di dаlаm kаmаr itu iа bаringkаn Ratna dеngаn hаti-hаti dаn iа rаbа buаh dаdа Ratna tаnра mеmbuаt Ratna mеrаѕа mеnуеѕаl. Lаlu iа bukа blоuѕе tidur dаn BH уаng mеnutuрi dаdа Ratna ѕаtu реrѕаtu.
Di bеlаhаn dаdа Ratna iа ѕinggаh untuk mеmilin рuting dаn mеngggigit dаdа Ratna hinggа mеmеrаh. Ratna ѕааt itu tidаk ѕаdаr bаhwа iа tеlаh рunуа ѕuаmi dаn jаtuh tеrlаlu dаlаm. Dеngаn tаngаnnуа, Mardi mеmbukа сеlаnа tidur Ratna dаn lаlu сеlаnа dаlаmnуа ѕеhinggа tеrlihаt bulu-bulu hаluѕ уаng tеrtаtа rарi mеnutuрi rоnggа vаginа Ratna. Dеngаn lеluаѕа jаri tаngаn Mardi mаѕuk dаn mеmреrmаinkаn lоbаng vаginа Ratna hinggа Ratna ingin сераt dituntаѕkаn.
“Ahggggggggghhhhh, Pаkkk…. Cераt, Pаk…” Dеnguѕ Ratna ѕааt itu.
Lаlu Mardi mеmbukа ѕеluruh раkаiаnnуа ѕеhinggа iа рun kini tеlаh tеlаnjаng bulаt. Mardi уаng ѕеlаmа ini hаnуа mеlihаt Ratna tеlаnjаng ѕааt bеrѕеnggаmа dеngа ѕuаminуа, kini dараt mеlihаt ѕеndiri dаri dеkаt dаn mеrаѕаkаn lаngѕung kеhаngаtаn tubuh Ratna уаng ѕеlаmа ini hаnуа biѕа iа bауаngkаn.
Mardi рun lаlu mеmbukа kеduа kаki Ratna hinggа kеduа kаki уаng jеnjаng itu tеrtаut di kеduа bаhunуа уаng bidаng. Iа аrаhkаn реniѕnуа уаng tеgаk, ѕiар untuk mаѕuk kе dаlаm vаginа Ratna уаng mаѕih kесil itu.
Dеngаn ѕеdikit diраkѕа, аmblаѕlаh реniѕ Pаk Mardi kеdаlаm lоbаng itu. Ratna hаnуа biѕа mеnggigit bibir bаwаhnуа mеnаhаn rаѕа nуilu dаn реrih ѕааt dimаѕuki kеmаluаn Mardi. Bеbеrара ѕааt lаmаnуа Mardi tеruѕ mеnggеnjоt dаn mеmаjumundurkаn реniѕnуа di dаlаm vаginа Ratna hinggа Ratna mеrаѕаkаn nikmаt dаn оrgаѕmе.
Lаlu Mardi рun mеmunсrаtkаn mаninуа di dаlаm vаginа Ratna. Iа biаrkаn ѕаjа tumраh di dаlаm tubuh nуоnуа mаjikаnnуа itu. Sаmbil реniѕnуа tеtар tеrtаnаm di dаlаm vаginа Ratna, Mardi рun diаm di аtаѕ tubuh Ratna mеlераѕ lеlаhnуа hinggа iа tеrtidur. Ratna рun tеrgоlеk bеrѕimbаh kеringаt. Sааt itu kеringаt Mardi tеlаh bеrсаmрur dеngаn kеringаt Ratna. Tidаk аdа lаgi уаng mеmbаtаѕi kulit mеrеkа.
Tubuh Ratna mаѕih tеrhimрit dibаwаh dаlаm kеаdааn lеmаѕ dаn рuаѕ. Mаlаm itu Pаk Mardi mеlаkukаnnуа ѕеbаnуаk duа kаli lаgi dаn Ratna рun tidаk ѕеmраt mеnоlаknуа. Sеjаk ѕааt itu, bilа аdа kеѕеmраtаn, di ѕаlаh ѕаtu kаmаr rumаh itu Ratna mаuрun Mardi bеrрасu dаlаm birahi. Bagas tidаk tаhu dаn hаnуа mеrеkа bеrduаlаh уаng mеnуimраn rаhаѕiа itu, hinggа ѕааt ini.

MENDAPAT WANITA YANG SUDAH LAMA MENJANDA TAPI KAYA RAYA SEJAKAT RAYA

Cerita Mesum - Selaras, meja kaca berukuran mini dipenuhi gantungan kunci, koleksi abadi nan memikat. Mencium lantai berkarpet merah tua, kokoh sepasang kursi unik berdesain oritental modern. Sepadan, deretan sepatu dan sandal tertutup kotak plastik transparan besar. Tak heran, kamar kost Jalan Pramuka Banjarmasin itu benar-benar nyaman.



MENDAPAT WANITA YANG SUDAH LAMA MENJANDA TAPI KAYA RAYA SEJAKAT RAYA


Hanya saja, menjadikan kamar itu mengundang pertanyaan, lima photo terpampang menggambarkan Joned mesra dengan perempuan pantas disebut ibu di Pantai Sanur Bali. ”Itu Tante Vie (43) tinggal di Balikpapan, punya perusahaan cabang di Banjarmasin. Juga rumah spanish minimalis di Jalan Brigjend H Hasan Baseri,” ungkapnya saat saya temui di kamar kost.

Dikisahkan pria muda berbadan tinggi besar ini, sudah setahun dia jadi ‘simpanan’ perempuan kaya itu.Segala kebutuhan, dari motor, sewa kost, handphone hingga biaya kuliah dan uang saku,digaransi tante tampak cantik itu. ”Dua minggu sekali beliau datang, selain urusan bisnis juga menghabiskan beragam hal. Hemmmmz, soal libido. Hasrat untuk .... yah abang ngerti lah!” celoteh Joned.

Diceritakan Joned, awal pertemuan dengan Tante Vie dicomblangi perantara (kawan) di cofee shop hotel berbintang tiga, Jl Lambung Mangkurat. ”Aku diminta berpura-pura jadi pebisnis, ujungnya akrab,” ujarnya

Tiga kali bertemu, pembicaraan tak lagi sebatas bisnis, tapi curhat. Khususnya seputar rumah tangga Tante Vie yang bersuami warga keturunan kaya raya, dan bangkotan.”Kala itu aku memahami karakter Tante Vie yang terlihat 'haus' soal penuntasan kebutuhan bathin,” ujarnya mengerutkan dahi dengan mimik serius.

Suatu hari, selesai makan malam sambung Joned, dia diajak nyanyi di karaoke. Media singkat untuk keakraban itu berlanjut ke cafe menikmati suasana romantis. Berikut beranjak malam, Honda CRV dikemudikan Tante Vie bukan ke kost-kostan, aku Joned, namun berbelok ke sebuah hotel bintang empat Jalan Achmad Yani km 4,5. ”Di situlah ‘pertempuran’ pertama terjadi..Tante Vie mengaku merasakan sentuhan luar biasa,” ungkapnya menunduk mengutak-atik Blackberry Dakota.

Permulaan itu menjadi dasar kisah percintaan selanjutnya. Tak heran, Tante Vie seolah ketagihan, ujar Joned, terbukti jika sebelumnya sebulan sekali ke Banjarmasin. Sejak itu dua pekan. ”Aku larut, saking terpengaruhnya pacar setia, kuputus!” katanya, membuka kulkas mini di sudut kamar, membuka botol lalu mempersilakan menyeruput air mineral.

Ditambahkan Joned, keterikatan dengan Tante Vie makin hari makin menjadi. Tak heran Joned harus taat beragam aturan perempuan yang ‘menyelamatkan’ situasi ekonominya setahun belakangan ini. ”Aku tak bisa apa-apa kecuali memuaskan Tante Vie dengan konsekuensi finansial. Dan ini yang sebenarnya bertolak belakang hati nuraniku saat ini. Tetapi apa mau dikata?” tegasnya bernada pasrah .

Tiba-tiba HP Joned berbunyi. Sembari meminta sayas jeda, pria memiliki rahang kokoh itu beranjak ke meja belajar. ”Maaf bang dari dia,” ujarnya dengan mimik berubah. End

TUKARAN RUMAH DEMI PUASAKAN BOS BESAR YANG BANYAK HARTA

Cerita Mesum - Aku yang baru masuk kerja 4 bulan didalam perusahaan asing didaerah Jakarta dan bos saya yang nama Richard berasala dari negeri USA umurnya kisaran 45 tahun dengan waktu yang cukup singkat semua karyawan sudah bisa kenal dekat dekat dengan Mr. Rich
nama panggilan bos kami.





TUKARAN RUMAH DEMI PUASAKAN BOS BESAR YANG BANYAK HARTA

Meja kantor saya memang aku desain dengan nyaman dan aku selipakn foto aku dan istriku Nindy yang
berasal dari Bandung dan berumur 26 tahun, di meja kerja saya. Pada waktu Richard melihat foto itu,
secara spontan dia memuji kecantikan Nindy dan sejak saat itu pula saya mengamati kalau Richard sering
melirik ke foto itu, apabila kebetulan dia datang ke ruang kerja saya.
Suatu hari Richard mengundang saya untuk makan malam di rumahnya, katanya untuk membahas suatu proyek,
sekaligus untuk lebih mengenal istri masing-masing.
 “Dik, nanti malam datang ke rumah ya, ajak istrimu Nindy juga, sekalian makan malam”.
“Lho, ada acara apa boss?”, kataku sok akrab.
“Ada proyek yg harus diomongin, sekalian biar istri saling kenal gitu”.
“Okelah!”, kataku.
Sesampainya di rumah, undangan itu aku sampaikan ke Nindy. Pada mulanya Nindy agak segan juga untuk
pergi, karena menurutnya nanti agak susah untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan mereka. Akan
tetapi setelah kuyakinkan bahwa Richard dan Istrinya sangat lancar berbahasa Indonesia, akhirnya Nindy
mau juga pergi.
“Ada apa sih Mas, kok mereka ngadain dinner segala?”.
“Tau, katanya sih, ada proyek apa.., yang mau didiskusikan”.
“Ooo.., gitu ya”, sambil tersenyum. Melihat dia tersenyum aku segera mencubit pipinya dengan gemas.
Kalau melihat Nindy, selalu gairahku timbul, soalnya dia itu seksi sekali. Rambutnya terurai panjang,
dia selalu senam so.., punya tubuh ideal, dan ukurannya itu 34B yang padat kencang.
Pukul 19.30 kami sudah berada di apartemen Richard yang terletak di daerah Jl. Gatot Subroto. Aku
mengenakan kemeja batik, sementara Nindy memakai stelan rok dan kemeja sutera. Rambutnya dibiarkan
tergerai tanpa hiasan apapun.
Sesampai di Apertemen no.1009, aku segera menekan bel yang berada di depan pintu. Begitu pintu
terbuka, terlihat seorang wanita bule berumur kira-kiar 32 tahun, yang sangat cantik, dengan tinggi
sedang dan berbadan langsing, yang dengan suara medok menegur kami.
“Oh Diko dan Nindy yah?, silakan.., masuk.., silakan duduk ya!, saya Lillian istrinya Richard”.
Ternyata Lillian badannya sangat bagus, tinggi langsing, rambut panjang, dan lebih manis
dibandingkan dengan fotonya di ruang kerja Richard. Dengan agak tergagap, aku menyapanya.
“Hallo Mam.., kenalin, ini Nindy istriku”.
Setelah Nindy berkenalan dengan Lillian, ia diajak untuk masuk ke dapur untuk menyiapkan makan malam,
sementara Richard mengajakku ke teras balkon apartemennya.
“Gini lho Dik.., bulan depan akan ada proyek untuk mengerjakan iklan.., ini.., ini.., dsb. Berani
nggak kamu ngerjakan iklan itu”.
“Kenapa nggak, rasanya perlengkapan kita cukup lengkap, tim kerja di kantor semua tenaga terlatih,
ngeliat waktunya juga cukup. Berani!”.
Aku excited sekali, baru kali itu diserahi tugas untuk mengkordinir pembuatan iklan skala besar.
Senyum Richard segera mengembang, kemudian ia berdiri merapat ke sebelahku.
“Eh Dik.., gimana Lillian menurut penilaian kamu?”, sambil bisik-bisik.
“Ya.., amat cantik, seperti bintang film”, kataku dengan polos.
“Seksi nggak?”.
“Lha.., ya.., jelas dong”.
“Umpama.., ini umpama saja loo.., kalo nanti aku pinjem istrimu dan aku pinjemin Lillian untuk kamu
gimana?”.
Mendenger permintaan seperti itu terus terang aku sangat kaget dan bingung, perasanku sangat shock dan
tergoncang. Rasanya kok aneh sekali gitu.
Sambil masih tersenyum-senyum, Richard melanjutkan, “Nggak ada paksaan kok, aku jamin Nindy dan
Lillian pasti suka, soalnya nanti.., udah deh pokoknya kalau kau setuju.., selanjutnya serahkan pada
saya.., aman kok!”.
Membayangkan tampang dan badan Lillian aku menjadi terangsang juga. Pikirku kapan lagi aku bisa
menunggangi kuda putih? Paling-paling selama ini hanya bisa membayangkan saja pada saat menonton blue
film.
Tapi dilain pihak kalau membayangkan Nindy dikerjain si bule ini, yang pasti punya senjata yang besar,
rasanya kok tidak tega juga. Tapi sebelum saya bisa menentukan sikap, Richard telah melanjutkan dengan
pertanyaan lagi, “Ngomong-ngomong Nindy sukanya kalo making love style-nya gimana sih?”.
Tanpa aku sempat berpikir lagi, mulutku sudah ngomong duluan, “Dia tidak suka style yang aneh-aneh,
maklum saja gadis pingitan dan pemalu, tapi kalau vaginanya dijilatin, maka dia akan sangat
terangsang!”.
“Wow.., aku justru pengin sekali mencium dan menjilati bagian vagina, ada bau khas wanita terpancar
dari situ.., itu membuat saya sangat terangsang!”, kata Richard.
“Kalau Lillian sangat suka main di atas, doggy style dan yang jelas suka blow-job” lanjutnya.
Mendengar itu aku menjadi bernafsu juga, belum-belum sudah terasa ngilu di bagian bawahku membayangkan
senjataku diisap mulut mungil Lillian itu.
Kemudian lanjut Richard meyakinkanku, “Oke deh.., enjoy aja nanti, biar aku yang atur. Ngomong-ngomong
my wife udah tau rencana ini kok, dia itu orangnya selalu terbuka dalam soal seks.., jadi setuju aja”.
“Nanti minuman Nindy aku kasih bubuk penghangat sedikit, biar dia agak lebih berani.., Oke.., yaa!”,
saya agak terkejut juga, apakah Richard akan memberikan obat perangsang dan memperkosa Rina? Wah kalau
begitu tidak rela aku.
Aku setuju asal Rina mendapat kepuasan juga. Melihat mimik mukaku yang ragu-ragu itu, Richard cepat-
cepat menambahkan,
“Bukan obat bius atau ineks kok. Cuma pembangkit gairah aja”, kemudian dia menjelaskan selanjutnya,
“Oke, nanti kamu duduk di sebelah Lillian ya, Nindy di sampingku”.
Selanjutnya acara makan malam berjalan lancar. Juga rencana Richard. Setelah makan malam selesai
kelihatannya bubuk itu mulai bereaksi. Rina kelihatan agak gelisah, pada dahinya timbul keringat
halus, duduknya kelihatan tidak tenang, soalnya kalau nafsunya lagi besar, dia agak gelisah dan
keringatnya lebih banyak keluar.
Melihat tanda-tanda itu, Richard mengedipkan matanya pada saya dan berkata pada Nindy, “Nin.., mari
duduk di depan TV saja, lebih dingin di sana!”, dan tampa menunggu jawaban Nindy, Richard segera
berdiri, menarik kursi Nindy dan menggandengnya ke depan TV 29 inchi yang terletak di ruang tengah.
Aku ingin mengikuti mereka tapi Lillian segera memegang tanganku.
“Dik, diliat aja dulu dari sini, ntar kita juga akan bergabung dengan mereka kok”. Memang dari ruang
makan kami dapat dengan jelas menyaksikan tangan Richard mulai bergerilya di pundak dan punggung
Nindy, memijit-mijit dan mengusap-usap halus.
Sementara Nindy kelihatan makin gelisah saja, badannya terlihat sedikit menggeliat dan dari mulutnya
terdengar desahan setiap kali tangan Richard yang berdiri di belakangnya menyentuh dan memijit
pundaknya.
Lillian kemudian menarikku ke kursi panjang yang terletak di ruang makan. Dari kursi panjang tersebut,
dapat terlihat langsung seluruh aktivitas yang terjadi di ruang tengah, kami kemudian duduk di kursi
panjang tersebut.
Terlihat tindakan Richard semakin berani, dari belakang tangannya dengan trampil mulai melepaskan
kancing kemeja batik Nindy hingga kancing terakhir. BH Nindy segera menyembul, menyembunyikan dua
bukit mungil kebanggaanku dibalik balutannya.
Kelihatan mata Nindy terpejam, badannya terlihat lunglai lemas, aku menduga-duga,
“Apakah Nindy telah diberi obat tidur, atau obat perangsang oleh Richard?, atau apakah Nindy pingsan
atau sedang terbuai menikmati permainan tangan Richard?”.
Nindy tampaknya pasrah seakan-akan tidak menyadari keadaan sekitarnya. Timbul juga perasaan cemburu
berbarengan dengan gairah menerpaku, melihat Nindy seakan-akan menyambut setiap belaian dan usapan
Richard dikulitnya dan ciuman nafsu Richardpun disambutnya dengan gairah.
Melihat apa yang tengah diperbuat oleh si bule terhadap istriku, maka karena merasa kepalang tanggung,
aku juga tidak mau rugi, segera kualihkan perhatianku pada istri Richard yang sedang duduk di
sampingku.
Niat untuk merasakan kuda putih segera akan terwujud dan tanganku pun segera menyelusup ke dalam rok
Lillian, terasa bukit kemaluannya sudah basah, mungkin juga telah muncul gairahnya melihat suaminya
sedang mengerjai wanita mungil.
Dengan perlahan jemariku mulai membuka pintu masuk ke lorong kewanitaannya, dengan lembut jari
tengahku menekan clitorisnya. Desahan lembut keluar dari mulut Lillian yang mungil itu, “aahh..,
aaghh.., aagghh”, tubuhnya mengejang, sementara tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Sementara itu di ruang sebelah, Richard telah meningkatkan aksinya terhadap Nindy, terlihat Nindy
telah dibuat polos oleh Richard dan terbaring lunglai di sofa.
Badan Nindy yang ramping mulus dengan buah dadanya tidak terlalu besar, tetapi padat berisi, perutnya
yang rata dan kedua bongkahan pantatnya yang terlihat mulus menggairahkan serta gundukan kecil yang
membukit yang ditutupi oleh rambut-rambut halus yang terletak diantara kedua paha atasnya terbuka
dengan jelas seakan-akan siap menerima serangan-serangan selanjutnya dari Richard.
Kemudian Richard menarik Nindy berdiri, dengan Richard tetap di belakangnya, kedua tangan Richard
menjelajahi seluruh lekuk dan ngarai istriku itu. Aku sempat melihat ekspresi wajah Nindy, yang dengan
matanya yang setengah terpejam dan dahinya agak berkerut seakan-akan sedang menahan suatu kenyerian
yang melanda seluruh tubuhnya dengan mulutnya yang mungil setengah terbuka.
Menunjukan Nindy menikmati benar permainan dari Richard terhadap badannya itu, apalagi ketika jemari
Richard berada di semak-semak kewanitaannya, sementara tangan lain Richard meremas-remas puting
susunya, terlihat seluruh badan Nindy yang bersandar lemas pada badan Richard, bergetar dengan hebat.
Saat itu juga tangan Lillian telah membuka zipper celana panjangku, dan bagaikan orang kelaparan terus
berusaha melepas celanaku tersebut. Untuk memudahkan aksinya aku berdiri di hadapannya, dengan
melepaskan bajuku sendiri.
Setelah Lillian selesai dengan celanaku, gilirannya dia kutelanjangi. Wow.., kulit badannya mulus
seputih susu, payudaranya padat dan kencang, dengan putingnya yang berwarna coklat muda telah
mengeras, yang terlihat telah mencuat ke depan dengan kencang.
Aku menyadari, kalau diadu besarnya senjataku dengan Richard, tentu aku kalah jauh dan kalau aku
langsung main tusuk saja, tentu Lillian tidak akan merasa puas, jadi cara permainanku harus memakai
teknik yang lain dari lain.
Maka sebagai permulaan kutelusuri dadanya, turun ke perutnya yang rata hingga tiba di lembah diantara
kedua pahanya mulus dan mulai menjilat-jilat bibir kemaluannya dengan lidahku.
Kududukkan Lillian kembali di sofa, dengan kedua kakinya berada di pundakku. Sasaranku adalah
vaginanya yang telah basah. Lidahku segera menari-nari di permukaan dan di dalam lubang vaginanya.
Menjilati clitorisnya dan mempermainkannya sesekali. Kontan saja Lillian berteriak-teriak keenakan
dengan suara keras,
” Ooohh.., oohh.., sshh.., sshh”. Sementara tangannya menekan mukaku ke vaginanya dan tubuhnya
menggeliat-geliat. Tanganku terus melakukan gerakan meremas-remas di sekitar payudaranya. Pada saat
bersamaan suara Nindy terdengar di telingaku saat ia mendesah-desah,
“Oooh.., aagghh!”, diikuti dengan suara seperti orang berdecak-decak. Tak tahu apa yang diperbuat
Richard pada istriku, sehingga dia bisa berdesah seperti itu. Nindy sekarang telah telentang di atas
sofa, dengan kedua kakinya terjulur ke lantai dan Richard sedang berjongkok diantara kedua paha Nindy
yang sudah terpentang dengan lebar.
Kepalanya terbenam diantara kedua paha Nindy yang mulus. Bisa kubayangkan mulut dan lidah Richard
sedang mengaduk-aduk kemaluan Nindy yang mungil itu. Terlihat badan Nindy menggeliat-geliat dan kedua
tangannya mencengkeram rambut Richard dengan kuat. ‘’
Aku sendiri makin sibuk menjilati vagina Lillian yang badannya terus menggerinjal-gerinjal keenakan
dan dari mulutnya terdengar erangan,
“Ahh.., yaa.., yaa.., jilatin.., Ummhh”. Desahan-desahan nafsu yang semakin menegangkan otot-otot
penisku.
“Aahh.., Dik.., akuu.., aakkuu.., oohh.., hh!”, dengan sekali hentakan keras pinggul Lillian menekan
ke mukaku, kedua pahanya menjepit kepalaku dengan kuat dan tubuhnya menegang terguncang-guncang dengan
hebat dan diikuti dengan cairan hangat yang merembes di dinding vaginanya pun semakin deras, saat ia
mencapai organsme.
Tubuhnya yang telah basah oleh keringat tergolek lemas penuh kepuasan di sofa. Tangannya mengusap-usap
lembut dadaku yang juga penuh keringat, dengan tatapan yang sayu mengundangku untuk bertindak lebih
jauh.
Ketika aku menengok ke arah Richard dan istriku, rupanya mereka telah berganti posisi. Nindy kini
telentang di sofa dengan kedua kakinya terlihat menjulur di lantai dan pantatnya terletak pada tepi
sofa, punggung Nindy bersandar pada sandaran sofa.
Sehingga dia bisa melihat dengan jelas bagian bawah tubuhnya yang sedang menjadi sasaran tembak
Richard. Richard mengambil posisi berjongkok di lantai diantara kedua paha Nindy yang telah terpentang
lebar.
Aku merasa sangat terkejut juga melihat senjata Richard yang terletak diantara kedua pahanya yang
berbulu pirang itu, penisnya terlihat sangat besar kurang lebih panjangnya 20 cm dengan lingkaran yang
kurang lebih 6 cm dan pada bagian kepala penisnya membulat besar bagaikan topi baja tentara saja.
Terlihat Richard memegang penis raksasanya itu, serta di usap-usapkannya di belahan bibir kemaluan
Nindy yang sudah sedikit terbuka, terlihat Nindy dengan mata yang terbelalak melihat ke arah senjata
Richard yang dahsyat itu, sedang menempel pada bibir vaginanya.
Kedua tangan Nindy kelihatan mencoba menahan badan Richard dan badan Nindy terlihat agak melengkung,
pantatnya dicoba ditarik ke atas untuk mengurangi tekanan penis raksasa Richard pada bibir vaginanya.
Akan tetapi dengan tangan kanannya tetap menahan pantat Nindy dan tangan kirinya tetap menuntun
penisnya agar tetap berada pada bibir kemaluan Nindy, sambil mencium telinga kiri Nindy, terdengar
Richard berkata perlahan,
“Niinn.., maaf yaa.., saya mau masukkan sekarang.., boleh?”, terlihat kepala Nini hanya menggeleng-
geleng kekiri kekanan saja, entah apa yang mau dikatakannya, dengan pandangannya yang sayu menatap ke
arah kemaluannya yang sedang didesak oleh penis raksasa Richard itu dan mulutnya terkatup rapat
seakan-akan menahan kengiluan.
Richard, tanpa menunggu lebih lama lagi, segera menekan penisnya ke dalam lubang vagina Nindy yang
telah basah itu, biarpun kedua tangan Nindy tetap mencoba menahan tekanan badan Richard.
Mungkin, entah karena tusukan penis Richard yang terlalu cepat atau karena ukuran penisnya yang over
size, langsung saja Nindy berteriak kecil,
“Aduuh.., pelan-pelan.., sakit nih”, terdengar keluhan dari mulutnya dengan wajah yang agak meringis,
mungkin menahan rasa kesakitan. Kedua kaki Nindy yang mengangkang itu terlihat menggelinjang.
Kepala penis Richard yang besar itu telah terbenam sebagian di dalam kemaluan Nindy, kedua bibir
kemaluannya menjepit dengan erat kepala penis Richard, sehingga belahan kemaluan Nindy terlihat
terkuak membungkus dengan ketat kepala penis Richard itu.
Kedua bibir kemaluan Nindy tertekan masuk begitu juga clitoris Nindy turut tertarik ke dalam akibat
besarnya kemaluan Richard.
Richard menghentikan tekanan penisnya, sambil mulutnya mengguman, “Maaf.., Nin.., saya sudah
menyakitimu.., maaf yaa.., Niin!”.
“aagghh.., jangan teerrlalu diipaksakan.., yaahh.., saayaa meerasa.., aakan.., terbelah.., niih..,
sakiitt.., jangan.., diiterusiinn”.
Nindy mencoba menjawab dengan badannya terus menggeliat-geliat, sambil merangkulkan kedua tangannya di
pungung Richard.
“Niinn.., saya mau masukkan lagi.., yaa.., dan tolong katakan yaa.., kalau Nindy masih merasa sakit”,
sahut Richard dan tanpa menunggu jawaban Nindy, segera saja Richard melanjutkan penyelaman penisnya ke
dalam lubang vagina Nindy yang tertunda itu, tetapi sekarang dilakukannya dengan lebih pelan pelan.
Ketika kepala penisnya telah terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluan Nindy, terlihat muka Nindy
meringis, tetapi sekarang tidak terdengar keluhan dari mulutnya lagi hanya kedua bibirnya terkatup
erat dengan bibir bawahnya terlihat menggetar.
Terdengar Richard bertanya lagi, “Niinn.., sakit.., yaa?”, Nindy hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,
sambil kedua tangannya meremas bahu Richard dan Richard segera kembali menekan penisnya lebih dalam,
masuk ke dalam lubang kemaluan Nindy.
Secara pelahan-lahan tapi pasti, penis raksasa itu menguak dan menerobos masuk ke dalam sarangnya.
Ketika penis Richard telah terbenam hampir setengah di dalam lubang vagina Nindy, terlihat Nindy telah
pasrah saja dan sekarang kedua tangannya tidak lagi menolak badan Richard.
Akan tetapi sekarang kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada tepi sofa. Richard menekan lebih
dalam lagi, kembali terlihat wajah Nindy meringis menahan sakit dan nikmat, kedua pahanya terlihat
menggeletar,
Tetapi karena Nindy tidak mengeluh maka Richard meneruskan saja tusukan penisnya dan tiba-tiba saja,
“Blees”, Richard menekan seluruh berat badannya dan pantatnya menghentak dengan kuat ke depan
memepetin pinggul Nindy rapat-rapat pada sofa.
Pada saat yang bersamaan terdengar keluhan panjang dari mulut Nindy, “Aduuh”, sambil kedua tangannya
mencengkeram tepi sofa dengan kuat dan badannya melengkung ke depan serta kedua kakinya terangkat ke
atas menahan tekanan penis Richard di dalam kemaluannya.
Richard mendiamkan penisnya terbenam di dalam lubang vagina Nindy sejenak, agar tidak menambah sakit
Nindy sambil bertanya lagi,
“Niinn.., sakit.., yaa? Tahan dikit yaa, sebentar lagi akan terasa nikmat!”, Nindy dengan mata
terpejam hanya menggelengkan kepalanya sedikit seraya mendesah panjang,
“aagghh.., kit!”, lalu Richard mencium wajah Nindy dan melumat bibirnya dengan ganas. Terlihat pantat
Richard bergerak dengan cepat naik turun, sambil badannya mendekap tubuh mungil Nindy dalam
pelukannya.
Tak selang lama kemudian terlihat badan Nindy bergetar dengan hebat dari mulutnya terdengar keluhan
panjang,
“Aaduuh.., oohh.., sshh.., sshh”, kedua kaki Nindy bergetar dengan hebat, melingkar dengan ketat pada
pantat Richard, Nindy mengalami orgasme yang hebat dan berkepanjangan. Selang sesaat badan Nindy
terkulai lemas dengan kedua kakinya tetap melingkar pada pantat Richard yang masih tetap berayun-ayun
itu.
aah, suatu pemandangan yang sangat erotis sekali, suatu pertarungan yang diam-diam yang diikuti oleh
penaklukan disatu pihak dan penyerahan total dilain pihak.
“Dik.., ayo aku mau kamu”, suara Lillian penuh gairah di telingaku. Kuletakkan kaki Lillian sama
dengan posisi tadi, hanya saja kini senjataku yang akan masuk ke vaginanya. Duh, rasanya kemaluan
Lillian masih rapet saja, aku merasakan adanya jepitan dari dinding vagina Lillian pada saat rudalku
hendak menerobos masuk.
“Lill.., kok masih rapet yahh”. Maka dengan sedikit tenaga kuserudukkan saja rudalku itu menerobos
liang vaginanya. “Aagghh”, mata Lillian terpejam, sementara bibirnya digigit.
Tapi ekspresi yang terpancar adalah ekspresi kepuasan. Aku mulai mendorong-dorongkan penisku dengan
gerakan keluar masuk di liang vaginanya. Diiringi erangan dan desahan Lillian setiap aku menyodokkan
penisku, melihat itu aku semakin bersemangat dan makin kupercepat gerakan itu. Bisa kurasakan bahwa
liang kemaluannya semakin licin oleh pelumas vaginanya.
“Ahh.., ahh”, Lillian makin keras teriakannya.
“Ayo Dik.., terus”.
“Enakk.., eemm.., mm!”.
Tubuhnya sekali lagi mengejang, diiringi leguhan panjang, “Uuhh..hh..” “Lill.., boleh di dalam..,
yaah”, aku perlu bertanya pada dia, mengingat aku bisa saja sewaktu-waktu keluar.
“mm..”.
Kaki Lillian kemudian menjepit pinggangku dengan erat, sementara aku semakin mempercepat gerakan
sodokan penisku di dalam lubang kemaluannya. Lillian juga menikmati remasan tanganku di buah dadanya.
“Nih.., Lill.., terima yaa”.
Dengan satu sodokan keras, aku dorong pinggulku kuat-kuat, sambil kedua tanganku memeluk badan Lillian
dengan erat dan penisku terbenam seluruhnya di dalam lubang kemaluannya dan saat bersamaan cairan
maniku menyembur keluar dengan deras di dalam lubang vagina Lillian.
Badanku tehentak-hentak merasakan kenikmatan orgasme di atas badan Lillian, sementara cairan hangat
maniku masih terus memenuhi rongga vagina Lillian, tiba-tiba badan Lillian bergetar dengan hebat dan
kedua pahanya menjepit dengan kuat pinggul saya diikuti keluhan panjang keluar dari mulutnya,
“..aagghh.., hhm!”, saat bersamaan Lillian juga mengalami orgasme dengan dahsyat.
Setelah melewati suatu fase kenikmatan yang hebat, kami berdua terkulai lemas dengan masih berpelukan
erat satu sama lain. Dari pancaran sinar mata kami, terlihat suatu perasaan nikmat dan puas akan apa
yang baru kami alami.
Aku kemudian mencabut senjataku yang masih berlepotan dan mendekatkannya ke muka Lillian. Dengan
isyarat agar ia menjilati senjataku hingga bersih. Ia pun menurut. Lidahnya yang hangat menjilati
penisku hingga bersih. “Ahh..”. Dengan kepuasan yang tiada taranya aku merebahkan diri di samping
Lillian.
Kini kami menyaksikan bagaimana Richard sedang mempermainkan Nindy, yang terlihat tubuh mungilnya
telah lemas tak berdaya dikerjain Richard, yang terlihat masih tetap perkasa saja. Gerakan Richard
terlihat mulai sangat kasar, hilang sudah lemah lembut yang pernah dia perlihatkan.
Mulai saat ini Richard mengerjai Nindy dengan sangat brutal dan kasar. Nindy benar-benar dipergunakan
sebagai objek seks-nya. Saya sangat takut kalau-kalau Richard menyakiti Nindy, tetapi dilihat dari
ekspressi muka dan gerakan Nindy ternyata tidak terlihat tanda-tanda penolakan dari pihak Nindy atas
apa yang dilakukan oleh Richard terhadapnya.
Richard mencabut penisnya, kemudian dia duduk di sofa dan menarik Nindy berjongkok diantara kedua
kakinya, kepala Nindy ditariknya ke arah perutnya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Nindy sambil
memegang belakang kepala Nindy.
Dia membantu kepala Nindy bergerak ke depan ke belakang, sehingga penisnya terkocok di dalam mulut
Nindy. Kelihatan Nindy telah lemas dan pasrah, sehingga hanya bisa menuruti apa yang diingini oleh
Richard, hal ini dilakukan Richard kurang lebih 5 menit lamanya.
Richard kemudian berdiri dan mengangkat Nindy, sambil berdiri Richard memeluk badan Nindy erat-erat.
Kelihatan tubuh Nindy terkulai lemas dalam pelukan Richard yang ketat itu. Tubuh Nindy digendong
sambil kedua kaki Nindy melingkar pada perut Richard dan langsung Richard memasukkan penisnya ke dalam
kemaluan Nindy.
Ini dilakukannya sambil berdiri. Badan Nindy terlihat tersentak ke atas ketika penis raksasa Richard
menerobos masuk ke dalam lubang kemaluannya dari mulutnya terdengar keluhan, “aagghh!”, Nindy terlihat
seperti anak kecil dalam gendongan Richard.
Kaki Nindy terlihat merangkul pinggang Richard, sedangkan berat badannya disanggah oleh penis Richard.
Richard berusaha memompa sambil berdiri dan sekaligus mencium Nindy. Pantat Nindy terlihat merekah dan
tiba-tiba Richard memasukkan jarinya ke lubang pantat Nindy.
“Ooohh!”. Mendapat serangan yang demikian serunya dari Richard, badan Nindy terlihat menggeliat-geliat
dalam gendongan Richard. Suatu pemandangan yang sangat seksi.
Ketika Richard merasa capai, Nindy diturunkan dan Richard duduk pada sofa. Nindy diangkat dan
didudukan pada pangkuannya dengan kedua kaki Nindy terkangkang di samping paha Richard dan Richard
memasukkan penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy dari bawah.
Dari ruang sebelah saya bisa melihat penis raksasa Richard memaksa masuk ke dalam lubang kemaluan
Nindy yang kecil dan ketat itu. Vaginanya menjadi sangat lebar dan penis Richard menyentuh paha Nindy.
Kedua tangan Richard memegang pinggang Nindy dan membantu Nindy memompa penis Richard secara teratur,
setiap kali penis Richard masuk, terlihat vaginanya ikut masuk ke dalam dan cairan putih terbentuk di
pinggir bibir vaginanya. Ketika penisnya keluar, terlihat vaginanya mengembang dan menjepit penis
Richard. Mereka melakukan posisi ini cukup lama.
Kemudian Richard mendorong Nindy tertelungkup pada sofa dengan pantat Nindy agak menungging ke atas
dan kedua lututnya bertumpu di lantai. Richard akan bermain doggy style. Ini sebenarnya adalah posisi
yang paling disukai oleh Nindy.Cerita Sex Dewasa
Dari belakang pantat Nindy, Richard menempatkan penisnya diantara belahan pantat Nindy dan mendorong
penisnya masuk ke dalam lubang vagina Nindy dari belakang dengan sangat keras dan dalam, semua
penisnya amblas ke dalam vagina Nindy.
Jari jempol tangan kiri Richard dimasukkan ke dalam lubang pantat. Nindy setengah berteriak,
“aagghh!”, badannya meliuk-liuk mendapat serangan Richard yang dahsyat itu. Badan Nindy dicoba ditarik
ke depan, tapi Richard tidak mau melepaskan, penisnya tetap bersarang dalam lubang kemaluan Nindy dan
mengikuti arah badan Nindy bergerak.
Nindy benar-benar dalam keadaan yang sangat nikmat, desahan sudah berubah menjadi erangan dan erangan
sudah berubah menjadi teriakan, “Ooohhmm.., aaduhh!”. Richard mencapai payudara Nindy dan mulai
meremas-remasnya.
Tak lama kemudian badan Nindy bergetar lagi, kedua tangannya mencengkeram dengan kuat pada sofa, dari
mulutnya terdengar,
“Aahh.., aahh.., sshh.., sshh!”. Nindy mencapai orgasme lagi, saat bersamaan Richard mendorong habis
pantatnya sehingga pinggulnya menempel ketat pada bongkahan pantat Nindy, penisnya terbenam seluruhnya
ke dalam kemaluan Nindy dari belakang.
Sementara badan Nindy bergetar-getar dalam orgasmenya, Richard sambil tetap menekan rapat-rapat
penisnya ke dalam lubang kemaluan Nindy, pinggulnya membuat gerakan-gerakan memutar sehingga penisnya
yang berada di dalam lubang vagina Nindy ikut berputar-putar mengebor liang vagina Nindy sampai ke
sudut-sudutnya.
Setelah badan Nindy agak tenang, Richard mencabut penisnya dan menjilat vagina Nindy dari belakang.
Vagina Nindy dibersihkan oleh lidah Richard. Kemudian badan Nindy dibalikkannya dan direbahkan di
sofa. Richard memasukkan penisnya dari atas, sekarang tangan Nindy ikut aktif membantu memasukkan
penis Richard ke vaginanya.
Kaki Nindy diangkat dan dilingkarkan ke pinggang Richard. Richard terus menerus memompa vagina Nindy.
Badan Nindy yang langsing tenggelam ditutupi oleh badan Richard, yang terlihat oleh saya hanya pantat
dan lubang vagina yang sudah diisi oleh penis Richard.
Kadang-kadang terlihat tangan Nindy meraba dan meremas pantat Richard, sekali-kali jarinya di masukkan
ke dalam lubang pantat Richard.
Gerakan pantat Richard bertambah cepat dan ganas memompa dan terlihat penisnya yang besar itu dengan
cepat keluar masuk di dalam lubang vagina Nindy, tiba-tiba,
“Ooohh.., oohh!”, dengan erangan yang cukup keras dan diikuti oleh badannya yang terlonjak-lonjak,
Richard menekan habis pantatnya dalam-dalam, mememetin pinggul Nindy ke sofa, sehingga penisnya
terbenam habis ke dalam lubang kemaluan Nindy.
Pantat Richard terkedut-kedut sementara penisnya menyemprotkan spermanya di dalam vagina Nindy, sambil
kedua tangannya mendekap badan Nindy erat-erat. Dari mulut Nindy terdengar suara keluhan, “Sssh..,
sshh.., hhmm.., hhmm!”, menyambut semprotan cairan panas di dalam liang vaginanya.
Setelah berpelukan dengan erat selama 5 menit, Richard kemudian merebahkan diri di atas badan Nindy
yang tergeletak di sofa, tanpa melepaskan penisnya dari vagina Nindy. Nindy melihat ke saya dan
memberikan tanda bahwa yang satu ini sangat nikmat.
Aku tidak bisa melihat ekspresi Richard karena terhalang olah tubuh Nindy. Yang jelas dari sela-sela
selangkangan Nindy mengalir cairan mani. Kemudian Nindypun seperti kebiasaan kami membersihkan penis
Richard dengan mulutnya, itu membuat Richard mengelinjang keenakan.
Malam itu kami pulang menjelang subuh, dengan perasaan yang tidak terlupakan. Kami masih sempat
bermain 2 ronde lagi dengan pasangan itu.
UA-87914129-1