KULAMPIASKAN NAFSUKU SEBAGAI PENYUKA DIRI CANTIKKU

Cerita Mesum - sepasang ABG penyuka seks mesum di  tempat wisata dengan judul ” Kulampiaskan Nafsuku Sebagai Penyuka Seks pada Pacarku yang Montok ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmat.

KULAMPIASKAN NAFSUKU SEBAGAI PENYUKA DIRI CANTIKKU
Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama pacarku.
“Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah…” tanyanya. “Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku,” jawabku singkat. “Ohh.. gitu ya,” ia kelihatannya mulai paham. Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan.
Pokoknya kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya “Yayang”-ku tidak curiga. “Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah,” katanya. “Iya memang enggak..” jawabku. “Kita berenang yuk?” ajaknya. “Emm… OK jadi!” jawabku mantap.
Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan Ema, “Ayo lah kita pulang, yok kuantar..” dia pun menurut sambil memeluk tanganku di dadanya.
Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan begitu saja dari benakku, “Sialan! bikin konak aja luh…” gerutuku.
Aku pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih saja menghantui pikiranku.
“Ahhhh…aku nggak tahan nih…” segera kucopot celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan nikmatnya, “ahhh…” kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu.
“Huff…” nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian “Crott!” tumpahlah cairan maniku membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, “Zzz..” Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku.
Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di perutku terdapat bekas mani yang mengering. “Andraaa… apa-apaan kau ini ha!” hardiknya, aku terkejut dan langsung mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang. “Eh … Kakak.. emm…” kataku gugup.
“Kamu ngapain ha…? sudah besar nggak tau malu huh..!” Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku. “Iiihhh… nggak tau malu, barang gituan dipamerin,” ia bergidik.
“Biar aja… yang penting nikmat,” jawabku enteng, kakak perempuanku yang satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai, kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku. “Sialan… kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!” Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan.
“Brak!” terdengar suara pintu dibanting olehnya, “Dasar perempuan! nggak boleh liat cowok seneng,” gerutuku. Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat kakak perempuanku sedang lihat TV. “Eh… Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!” pintaku. “Ogah ah… entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau,” jawabnya ketus.
“Huhh.. weee!” aku mencibir. Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku di depan teras rumahnya.
“Haii… kok agak terlambat sih Say?” tanyanya. “Eh… sori nih trouble dengan kakak perempuan,” dalihku. “OK lah, mari kita berangkat!” Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di kawasan Cipanas.
Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai kami sampai di tempat tersebut. “Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh,” pintanya. “Baiklah Sayaang…” kataku. Kami berdua langsung saja masuk.
“Yang, aku ganti dulu yah… kamu ikut nggak?” ajaknya. “Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti.” Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.
“Emmm… kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk..” katanya. Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih dahulu.
Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip. “Kenapa Sayang… ayolah lepas bajumu,” katanya sambil tersenyum. “Habbis… aku suka memandangmu waktu begitu sih,” dan dia hanya tertawa kecil.
Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan celana renang, “Wahhh… Yayang ni..” katanya sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku yang setengah ereksi.
“Kok tegang sih Say?” selidiknya manja. “Habis kamu montok sih..” jawabku seraya memakai celana renang yang super ketat. “Wahhh… hemmm,” goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.
“Nahh… aku sudah beres,” kataku setelah memakai celana itu. “Eh.. bantu aku dong!” dia tampaknya kesulitan melepas branya. “Sini aku lepasin…” kataku. Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.
“Ah… sayang, dadamu indah sekali,” kataku sambil berbisik di belakang telinganya. Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya. “Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?” jawabnya sambil memegang tengkukku. Aku yang kini jadi penyuka seks tidak menjawab.
Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang masih merah segar, “Ah… Sayang!” desahnya pendek, batang kemaluanku yang sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih memakai celana sih.
“Aduh… keras sekali, Yayang ngaceng yah…” godanya. “Dah tau nanya.. hhh,” kataku terengah. Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya. “Ehhhmm… uhhh,” lenguhnya sambil memejamkan mata.
Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya, kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya.
Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya.
Wahh… terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba klitorisnya, “Aghhh… oouhh.. sayang kamu nakal deh,” dengusnya sambil mengerjap. Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih bibirku, “Cupppp…” wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh nafsu ia melahap bibirku.
Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat. Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya dan ganti memangsa leherku, “Aahhh… geli sayang,” kataku. Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya.
ia langsung mendorongku ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu. “Wah… dadamu seksi yah…” katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya menjilati dadaku “Slurrppp…” jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana renangku.
Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku yang kini jadi penyuka seks pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku.
“Ahhh.. Sayang…” desahku tertahan. Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya. “Ihh… gila punyamu Sayang…” katanya.
“Ema… hisap dong Sayang!” pintaku. Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.
“Ssshhh… uahhh…” aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku. “Sss… sayang hisap dong!” Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.
“Aah… nggak mau Say, mana muat di mulutku…” jawabnya ragu. “Egh… tenang saja sayang, pelan-pelan lah,” Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kemaluanku. “Slurpp… slurpp…” sejuk rasanya.
“Mmhhh… ahh, nah begitu Sayang… ayo teruss… ahh ssshh, buka mulutmu sayang.” Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin berani dan menjalar ke kantong semarku.
“Ih… bau nih sayang.. tadi nggak mandi ya?” katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku yang kini jadi penyuka seks memang merawat khusus adikku yang satu ini. “Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat,” kataku tertahan.
Mulut mungil Ema perlahan membuka, aku yang kini jadi penyuka seks pun membimbing batang kemluanku masuk ke mulutnya. “Mmhh.. eghh…” terdengar suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya dengan bernafsu.
“Slerpp.. cep..” “Ahhh… mmmm.. oohhh…” desahku penuh kenikmatan. “Mmmhh… sayang, nikmatttt sekali…” gumamku tidak jelas. Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti.
Kurebahkan badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, “Syuutt…” dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya. Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera mendekatkan kepalaku dan… “Slurp,” lidahku kujulurkan ke klitorisnya.
“Hemmm… slurp…” “Aachhh… uhhh!” desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati keenakan dibuatnya. “Sssh… sshhss…” desisnya bagaikan ular kobra. “Andraaa… aku nggak tahan lagiii…” ia menggeliat tak karuan.
“Akuuu… nyampai nihhh…” Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir kemaluannya yang harum, “Cup… cupp,” kelihatannya ia hampir mencapai puncak karena kemaluannya memerah dan banjir. “Sshh… aahh… oohhh Yaangg… aku keluarrr…” erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa. Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas.
Hemm enak, aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu. “Aduhhh… hhh… Sayang, aku udah nihh…” katanya lemas. “Ma, aku masih konak nih…” kataku meminta. Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya.
Langsung saja Ema mengambil lotion “Tabir Surya” dan mengolesinya ke batang kemaluanku dan ke dadanya yang montok, dan ia segera mengapitkan kedua gunung geulis-nya agar merapat. Ia mengambil lagi lotion itu, dan mengusapkan ke kemaluanku, “Ahhhh…” aku pun hanya merem-melek.
Kemudian ia menarik batang kemaluanku di antara jepitan gunung kembarnya. Wahh… nikmat juga rasanya, aku pun memaju-mundurkan pantatku layaknya orang yang sedang bersetubuh. “Bagaimana rasanya sayang…” tanyanya manja dan memandangku sinis.
“Aahhh… mmmm… ssss nikmat sayang…” ia pun tertawa kecil. Ia merapatkan lagi gunungnya sehingga rasanya semakin nikmat saja. “Uuahhh… nikkmattt sayangg…!” erangku. Ia hanya tersenyum melihat mukaku yang merah dan terengah menahan nikmat. “Rasain… habis kamu nakal sih…” katanya. “Tapi lebih… nikmat memekmu sayang.” “Hush…” katanya.
Gerakanku semakin cepat, aku ingin segera mencapai puncak yang nikmat. “Uuhhh… uhhh… mmm… arghh…” erangku tertahan. Tak lama aku merasa hampir keluar. “Sayy… aku hampir nyampe nihh…” desahku. “Keluarin aja Ndra… pasti nikmatt…” Tak lama batang kemaluanku berdenyut dan…
“Crottt… crutt…” “Uuahhh… hemmm… ssshh!” nikmat sekali rasanya. Spermaku memancar dengan deras dan banyak. “Ooohh…” gumamku. Spermaku memancar membasahi leher Ema yang jenjang dan mengena juga janggut dan bibirnya. “Ihhh… baunya aneh ya..” Ia mencoba membersihkan cairan kental itu dengan tangannya, aku pun turun dari atas tubuhnya.
“Aahhh… nikmat Sayang…” tapi dalam hatiku aku belum puas jika belum menjebol liang kemaluan Ema. Ema pun segera membersihkan maniku yang belepotan. “Iihhh… kok kayak gini sih?” tanyanya penuh selidik. “Itu namanya cairan kenikmatan sayang…” jawabku enteng.
“Ooo…” katanya pura-pura tahu. “Habis bercinta enaknya berenang yuk?” ajaknya. “OK,” kataku. Ema pun segera berpakaian renang dan aku juga. Setelah siap kami pun keluar kamar, wah ternyata di luar sepi sudah tidak ada orang lagi, padahal masih menunjukkan pukul 2:00 siang.
Ternyata lama juga kami bercinta. “Byurrr…” kami berdua pun mencebur dan berenang, aku yang sudah terkuras kejantanannya semenjak kemarin malam segera ketepi dan hanya melihat Ema berenang. Gerakan renangnya yang bagai ikan duyung, dibalut baju renangnya yang seksi serta kulitnya yang putih mulus, membangkitkan lagi gairahku.
Terbesit di pikiranku untuk bercinta di kolam renang, kebetulan tidak ada orang dan petugas jaganya jauh. “Ema sini sayang…!” panggilku. “OK… ada apa Ndra?” Ia berenang mendekat ke arahku, aku pun masuk ke air, aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya dengan ganas.
“Kamu membuatku nggak tahan sayang…” kataku. Untung saja kolam renangnya tidak dalam sehingga bisa enak kami bercinta. “Ughhh…” desahnya agak terkejut, ia pun membalas ciumanku. Aku yang kini jadi penyuka seks tidak melucuti pakaian renangnya, aku cuma menyibakkan sedikit cawat bawahnya sehingga liang kemaluannya kelihatan.
Uhhh, kelihatan menggairahkan sekali kemaluannya di dalam air yang jernih itu. Dengan ganas aku menciumi bibirnya yang basah serta meremas lembut dadanya yang terbalut baju renang yang tipis itu. Ema kelihatan sangat cantik dan segar dengan badan dan rambut yang basah terurai.
“Ahhh… sayang… nanti kelihatan orang,” katanya khawatir. “Tenang Sayang… tak ada yang melihat kita begini…” kataku. “Baiklah… Ndra kubuat kamu ‘KO’ di kolam,” tantangnya. Ia langsung memelorotkan celana renangku, batang kemaluanku yang sudah tegang pun menyembul dan kelihatan asyik di dalam air. Ema mengocok kemaluanku di dalam air.
“Mmm…” geli dan sejuk rasanya. Tanpa menunggu lama lagi aku ingin memasukkan batang kemaluanku ke lubang kemaluannya. “Ema… kumasukin yah?” Ema pun tanpa ragu menganggukkan kepala tanda setuju. “Baik Sayang…” Kudekap erat tubuhnya agar dekat, ternyata Ema sudah membimbing batang kemaluanku masuk ke lubang kemaluannya.
“Argghh…” ia menyeringai ketika kepala kemaluanku menyentuh bibir kemaluannya. Aku yang kini jadi penyuka seks pun segera mengangkat Ema ke pinggir kolam dan kubaringkan dia, kutekuk lututnya sehingga lubang kemaluannya kelihatan menganga. “Siap Sayang…” Aku mulai memasukkan sedikit.
“Uhhhh…” padahal baru kepalanya saja yang masuk. “Aahhh.. Sayang, punyamu terlalu besarr…” Aku pun segera menekan lagi dan akhirnya “Blesss…” seluruhnya bisa masuk. “Uhhh… ahhh… mmmhhh,” erangnya menahan gesekanku. “Sshhh… ssss, enak kan Sayyy…” kataku terengah. “Huuff… uhhh… ayoo terus Ssayy… ennnakk…”
Terdengar bunyi yang tak asing lagi, “Crep.. crepp… sslepp…” asyik kedengarannya, aku semakin giat memompanya. Kemudian aku ingin ganti posisi, aku suruh Ema menungging. “Ayolah Sayang… puaskan aku…” Ia pun menungging dengan seksinya, terlihat lubang kemaluannya merekah, menarik untuk ditusuk.
“Sleppp…” batang kemaluanku kumasukkan. “Ahhh.. ssss… ahhh…” desahnya penuh kenikmatan. Nafasnya semakin memburu. “Huff… ehhh… mmm…” aku terengah. Kupercepat gerakanku, “Slep… slep.. slep.. slep…” “Ahhh… Ssayangg… bentar lagi aku nyampe nihh…” kataku terburu.
“Aakuu… jugaa…” Himpitan liang kemaluan Ema yang kencang dan basah membuat maniku tak kuasa lagi untuk keluar, dan akhirnya Ema pun mencapai puncaknya. “Ooohhh… akuu lagi Sayanggg…” Cairan kemaluannya pun membanjir, hal ini semakin membuatku juga tidak tahan. “Aaahhh… aku juga Sayangg!” erangku penuh kenikmatan.
“Cepat cabut… keluarin di luarr…!” sergahnya. Dengan cepat segera kucabut kemaluanku, Ema pun tanggap ia pun memegangnya dan mengocoknya dengan cepat. “Aauuhhh! nikmattt!” “Crut…” spermaku pun keluar. “Eerghhh… ahh…” tapi sedikit, maklum terforsir. “Aahh… kok sedikit Sayanggg…” katanya meledek.
“Eemmhh… ah… habis nih cairanku…” Aku yang kini jadi penyuka seks pun lemah tak berdaya dan ia pun berbaring di pangkuanku. Aku mengelus rambutnya yang basah, kukecup keningnya, “Cup! I love you Sayang…” Sejak itulah kami sering melakukannya, baik di mobil maupun pada di sebuah gubuk di hutan kala kami berburu bersama.
Dalam hatiku aku berkata, gadis pemijatlah yang membuatku jadi penyuka seks. Yah…! END 

TANTE NINIK YANG MAU MEMBANTU MENUNTASKAN NAFSU BIRAHIKU

Cerita Mesum - tante ninik memergoki ku sedang menuntaskan nafsu birahi dengan judul ” Tante Ninik yang Mau Membantu Menuntaskan Nafsu Birahiku ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmat.



TANTE NINIK YANG MAU MEMBANTU MENUNTASKAN NAFSU BIRAHIKU


Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Ninik, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Ninik akan menginap di rumahku sendirian.
Tante Ninik badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Ninik. Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian.
Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Ninik juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Ninik yang seksi.
Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Ninik sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci. Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri.
Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat. Melihatku ketakutan, Tante Ninik hanya tersenyum dan berkata”,Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang”. Saya tidak berani menjawabnya.
“Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri” ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu. Tante Ninik lalu menambah, “Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok”.
“Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu”, sembari melirik menggoda, dia kembali berkata “Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.”, tambahnya sembari mendekatiku. “Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja”. Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.
Tante Ninik pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.
“Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh”, katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Ninik mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti.
Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik. “Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh” katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.
Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat. “Jangan takut Asan., kamu rebahan saja”, ujarnya membujukku.
Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.
“Lihat itu sudah mulai membesar kembali”, kemudian Tante Ninik melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Ninik mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara.
Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Ninik yang cantik. Perlahan Tante Ninik mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Ninik yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.
Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Ninik yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.
Mendadak Tante Ninik kembali berkata, “Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah”. Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Ninik mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.
Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang.
Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah.
Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.
Sekali-sekali Tante Ninik juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku.
Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku.
Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Ninik.
Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Ninik atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.
Tetapi Tante Ninik hanya tersenyum lebar, dan berkata “Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini”, kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih. “Tante suka kok, rasanya sedap”, tambahnya.
Dengan penuh pengertian Tante Ninik menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.
Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, “Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?”. Tante Ninik menjawab “Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda”. Dan Tante Ninik berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.
Kemudian jari-jari tangan Tante Ninik yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Ninik memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras.
Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Ninik memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Ninik kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan.
Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Ninik yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.
Tidak lama kemudian Tante Ninik memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit.
Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante Ninik tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang.
Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.
Kemudian Tante Ninik berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Ninik mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai. Tante Ninik berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi.
Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.
Tante Ninik menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Ninik memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda.
Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Ninik sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya.
Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu.
Setelah beberapa lama, Tante Ninik dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Ninik berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya.
Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan.
Tante Ninik membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Ninik memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku lubang vaginanya yang basah dan berwarna merah muda.
Dengan nada yang ramah, Tante Ninik menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita.
Kemudian Tante Ninik mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih.
Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya “Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?” Tante Ninik hanya mengangguk kecil dan tersenyum.
Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Ninik yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Ninik sangat bersih dan tidak berbau amis.
Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin Tante Ninik, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Ninik kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat.
Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya.
Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu.
Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.
Kemudian Tante Ninik memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Ninik menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Ninik memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya.
Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah.
Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Ninik juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras.
Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Ninik sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Ninik menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering.
Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah.
Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya.
Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante datang bersama suaminya.
Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik “Jangan lupa dengan rahasia kita Asan.” Dua bulan kemudian Tante Ninik pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku.
Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku bersetubuh dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Ninik. END 

LELUASA BERCINTA DENGAN TANTE BELLA HINGGA MEMBUATNYA HAMIL

Cerita Mesum - ngeseks tante bella yang sudah lama tidak dapat momongan dengan judul ” Leluasa Bercinta dengan Tante Bella Hingga Membuatnya Hamil ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmat.



BERCINTA DENGAN TANTE BELLA HINGGA MEMBUATNYA HAMIL


Nama saya Bojach, atau biasa dipanggil Jach, tinggi badan 180 cm dengan kulit putih bersih, maklum peranakan atau istilahnya indo. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga miskin, dimana saya sebagai anak sulung yang dapat dikatakan lain dari adik-adik saya.
Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi anaknya.
Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah, dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia.
Sesampainya di Indonesia dia langsung mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo.
Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya, kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya.
Saya bekerja di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta.
Dan untung saja 3 orang masuk PTN dan 2 orang masuk PTS, maka dengan mudah saya bayar uang semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos, dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya.
Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta.
Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Boyke atau suami Tante Bella ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah Tante Bella sendirian di rumah.
Tante Bella telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Bella apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak.
Tiba-tiba Tante Bella memanggil, “Jach.. Jach.. Jach.. tolong dong..!”
Saya menyahut panggilannya, “Ada apaan Tante..?”
“Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!”
Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Bella.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan.
Terus Tante Bella menawarkan saya minum kopi, “Nih.., biar hangat..!”
Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor. Saya jawab, “Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah..” sambil saya melangkah ke rumah samping. Saya mengontrak rumah petak Tante Bella persis di samping rumahnya.
Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Bella dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi, Tante Bella juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan.
Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Bella menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Bella sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya.
Sewaktu Tante Bella meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya.
Tante Bella memulai pembicaraan, “Giman Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya repotin beresin genteng Tante.”
“Ah.. nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita.” kata saya mencoba memberikan penjelasan.
“Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,”
“Rupanya Tante Bella tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana.”
“Oh.. jadi kamu sendiri dong di rumah..?”
“Iya Tante..” jawab saya dengan santai.
Terus saya tanya, “Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?”
“Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung.” jelasnya.
Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Bella sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak.
Tante Bella tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya. Sudah setengah jam lebih kurang Tante Bella ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35.
“Adth gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Bella sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?” kata saya dalam hati.
Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Bella dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya.
Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Bella biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Bella untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya.
“Tan.. Tan..”
Dengan bermalas-malas Tante Bella mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Bella menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Bella.
“Tan.. Tan..”
Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Bella bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya.
“Aduh gimana ini..?” gumam saya dalam hati, “Gimana nantinya ini..?”
Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya.
Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya.
Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Bella tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Bella mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian.
“Tante Bella cantik udah ngantuk ya..? Mmuahh..!” saya kecup bibirnya dengan lembut.
Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga.
Tante Bella membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal.
“Ahk.. ahk..!” dengan sedikit tergesa-gesa Tante Bella sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya.
“Ahkk.. ah..!” nikmatnya tidak tergambarkan, “Ahkk..!”
Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Bella sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya.
“Akh.. akh.. hus..!” desahnya.
Tante Bella sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi. 30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami.
Tanpa saya perintah, Tante Bella merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya.
“Akh.. huss.. ahk..!” sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya.
“Akh.. akh..!” dengan sedikit dorongan, “Bless.. ss..!” masuk semuanya batang kejantanan saya.
Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Bella menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya.
“Akh.. uh.. terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh.. blesset.. plup.. kcok.. ckock.. plup.. blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!”
“Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!”
Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya.
Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Bella teriak, “Akh..!” Bersamaan kami meledak, “Crot.. crot.. crot..!” begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya.
Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu.
Tante Bella kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Bella langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Bella mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya.
“Akh.. huss..!” seperti kepedasan Tante Bella dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya.
“Blesset.. crup.. crup.. clup.. clopp..!” suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya.
30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Bella orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar.
“Crot.., crot..!” meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Bella masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, “Akh..!”
Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Bella tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya.
Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh. Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Cerita dewasa terbaru hanya ada di ceritaseks15.com. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya.
Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya. 3 bulan kemudian Tante Bella hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun.
Tapi entah kenapa, Tante Bella tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami. END
UA-87914129-1