GADIS SEXY YANG KUKENAL MINGGU LALU DI SEBUAH INTERNET CHAT ROOM

Bandar bola - Cerita mesum ABG gaul yang bercinta dengan gadis sexy saat membantunya mengecat apartmentnya dengan judul ” Gadis Sexy yang Kukenal Minggu Lalu di Sebuah Internet Chat Room ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.



Sabtu malam di Singapura, hujan rintik-rintik kecil membasahi jendelaku saat aku melaju di dalam taxi menembus jalanan kota. Aku kembali menuju ke tempat Louisa, seorang gadis yang kukenal beberapa minggu lalu di sebuah internet chat room. Tadi sore aku baru saja membantu mengecat apartemen barunya dan malam ini ia mengajakku ke diskotik sebagai tanda terima kasih.
Meskipun badanku terasa sedikit lelah setelah seharian bermain dengan cat, aku tidak mau melewatkan kesempatan pergi dengannya. Senyum cerianya kembali menyambutku saat ia membukakan pintu, ia tampak menarik sekali dengan celana hitam ketat dan kemeja putih tanpa lengannya.
Ia mengatakan bahwa kami harus menunggu 2 orang teman lagi, jadi ia mempersilakan aku masuk dan menunggu di dalam. Sambil menunggu, aku lalu berjalan berkeliling dan memeriksa hasil pekerjaanku seharian tadi, masih kutemukan beberapa tempat yang belum rata warnanya, maklumlah aku bukan tukang cat professional.
Pukul 11 malam kami sudah berbaur bersama para pengunjung diskotik lainnya, bergoyang mengikuti musik sambil meneguk minuman beralkohol. Tetapi malam ini aku lebih banyak bergoyang-goyang kecil saja sambil duduk di bangku tinggi dan bersandar ke meja bar, mungkin karena badanku masih terasa lelah, sementara Louisa berjoget ria di depanku.
Kadang ia menghadapku sambil memeluk pundakku, dan kadang membelakangiku untuk bergoyang bersama teman-teman lainnya. Pada saat ia membelakangiku aku bisa menikmati indah goyangan pinggulnya yang sexy, bahkan kadang kala pantatnya bersentuhan dengan daerah sensitifku, entah sengaja atau tidak.
Makin lama aku makin terangsang dengan gesekan pantatnya, dan ditambah pengaruh alkohol, rangsangan itu membuat kejantananku makin mengeras. Aku yakin Louisa bisa merasakan ada yang mengganjal di antara selangkanganku saat pantatnya kembali menyentuh tubuhku berulang kali. Tiba-tiba ia berbalik dan memelukku dengan lebih erat, kemudian merapatkan seluruh tubuhnya ke tubuhku dan berbisik pelan..
“Apakah aku membuatmu bergairah?”
“Ya, karena kau sungguh gadis sexy malam ini” jawabku sambil melingkarkan tanganku ke belakang tubuhnya dan menariknya makin rapat ke tubuhku. “Kau tahu bahwa kau sudah membuatku bergairah dari seharian tadi?” bisiknya lagi. Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
“Seharian aku melihatmu bekerja dengan serius sampai berkeringat, kadang aku melihat sedikit pantulan sinar matahari dari butiran keringat di badanmu, menurutku itu sangat sexy dan membuatku bergairah”. Aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya. Aku tahu kadang rangsangan bagi kaum wanita tidak bisa dimengerti oleh kaum pria, tapi baru kali ini aku mendengar hal seperti itu.
Aku memberanikan diri untuk mulai menciumnya, mulai dari pipi kiri, kanan, kemudian turun ke bibirnya. Ia pun membalas ciumanku dengan antusias, tak berapa lama French kiss pun terjadi. Dan beberapa saat ke depan setelah itu kegiatan kami hanya berciuman dan saling meraba, seolah tak peduli lagi dengan orang-orang di sekitar kami.
Kami terus saling memberikan rangsangan, tanganku terus bermain menjelajah ke hampir seluruh bagian tubuhnya, turun ke dua sisi pantatnya, meraba dan meremas-remas di sana, naik ke bagian dadanya, kembali meraba dan meremas, dan turun lagi ke bagian depan selangkangannya untuk sekedar meraba-meraba daerah vitalnya. Tangan Louisa juga tak kalah sibuk, ia meremas-remas dadaku, sedikit memilin putingku dan kemudian turun meremas kejantananku dari luar celana jeans.
Aku sedikit tersentak saat kurasakan tangannya sudah masuk ke dalam retsleting celanaku dan menyentuh batangku dari luar celana dalam, ternyata di luar sepengetahuanku ia sudah berhasil membuka retsletingnya. Aku tak mau kalah lalu berusaha juga membuka retsletingnya tetapi cukup susah karena ia terus bergerak berjoget mengikuti irama.
Akhirnya aku harus puas hanya dengan meraba-raba vaginanya dari luar. Itupun aku sudah dapat merasakan belahan vaginanya karena celana yang ia kenakan cukup tipis. Pukul 2 pagi kami berempat meninggalkan diskotik dengan 2 taxi terpisah, 2 teman lain pulang ke rumah masing-masing dengan 1 taxi, sementara taxi kami langsung menuju ke tempat Louisa.
Dalam perjalanan baru aku mulai berani meraba buah dadanya dari dalam kemeja meskipun masih tertutup bra. Buah dadanya tidaklah besar tapi terasa benar-benar pas di tanganku. Louisa hanya duduk bersandar ke bahuku sambil menutup matanya menikmati remasanku, kadang ia mendaratkan kecupan-kecupan kecil di pipiku.
Begitu sampai di tempat Louisa kami langsung kembali berciuman dengan panas di sofa ruang tengah, tangan kami mulai bekerja berusaha melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuh. Kami sudah begitu bernafsu sampai tidak peduli lagi dengan bau cat basah dari tembok di sekeliling ruangan.
Setelah aku berhasil melepas kemeja dan celananya, Louisa bergerak mundur sejenak, kemudian berdiri dengan dua tangan lurus disatukan di atas kepala sambil mengangkat sebagian rambutnya, seolah memamerkan kemolekan tubuhnya. Ia sungguh tampak menggairahkan dengan pose seperti itu, hanya berbalutkan CD mini hitam berenda dan bra senada.
“Come and get me baby..” katanya menggoda sambil berbalik dan melangkah ke dalam kamar.
Aku melepaskan semua pakaianku, kemudian menyusulnya ke dalam kamar. Di dalam kamar Louisa sudah duduk di pinggiran tempat tidur, sebelah tangannya meremas-remas buah dada kirinya dan sebelah lagi melambai ke arahku.
Aku berlutut di hadapannya dan mendaratkan ciumanku di daerah dadanya, sebelah tanganku menggantikan tangannya meremas-remas buah dada kirinya dan sebelah lagi bergerak ke belakang menjangkau kaitan bra-nya. Sekejap saja bra-nya sudah terlepas, tanganku bebas bermain di dadanya tanpa halangan lagi.
Ciumanku juga makin panas, menciumi kedua belah dadanya bergantian kiri dan kanan, dan tak lama lidahku juga sudah dapat bermain dengan kedua putingnya yang berwarna pink. Hanya desahan demi desahan yang kudengar keluar dari mulut Louisa.
Puas bermain di dadanya, ciumanku mulai turun ke daerah perutnya yang ramping. Louisa bergerak mundur kemudian berbaring di tempat tidur untuk memudahkanku menjelajahi tubuhnya. Ciuman dan lidahku terus turun sampai ke daerah kewanitaannya, sekilas melewatkan lidahku di atas gerbangnya yang masih tertutup CD, dan turun lagi ke bagian dalam kedua pahanya. Bergerak dari kiri ke kanan bergantian lalu kembali ke gerbangnya, mendaratkan ciuman demi ciuman ke daerah yang telah lembab itu.
Akhirnya aku menggeser satu sisi CD-nya ke samping dan melesakkan lidahku ke dalam, menempel pada dinding vaginanya, diam sebentar untuk membiarkannya merasakan kenikmatan yang ada, kemudian mulai bergerak perlahan, mengelilingi seluruh daerah gerbang dan kadang menusuk-nusuk ke dalam liangnya.
Pinggul Louisa bergerak-gerak seolah menyambut hentakan lidahku di dalam vaginanya. Desahan kenikmatannya terdengar makin keras. Sesaat kemudian Louisa menahan kepalaku, mendorongnya makin dalam seraya menaikkan pantatnya, rupanya ia baru saja mencapai orgasme pertamanya.
Aku menggeser badanku dan rebah di sampingnya, Louisa langsung mencium bibirku begitu berada dalam jangkauannya. Tak lama ia menaikkan tubuhnya ke atas tubuhku dan mulai kembali menciumiku dengan ganasnya. Mulai dari leherku kemudian turun ke dada, perut dan akhirnya ke batang penisku yang telah keras menanti sentuhannya sedari tadi.
Pertama ia menciumi kepala penisku, kemudian turun ke daerah sisinya, turun terus sampai ke kantung dan dua bijiku. Lidahnya pun ikut bermain, aku merasakan kelembutan lidahnya bermain dengan kedua bijiku. Kenikmatan itu terus berlanjut saat lidahnya kembali bergerak naik mengelilingi batangku dan akhirnya kurasakan seluruh batangku perlahan masuk ke dalam mulutnya yang hangat dan mulai dikulumnya perlahan. Semakin lama kulumannya semakin cepat dan bernafsu, kadang diselingi dengan kocokan tangannya pada penisku. Aku benar-benar terbang dibuai kenikmatan yang diberikannya.
Cukup lama kubiarkan ia bermain di bawah sana sampai akhirnya aku harus menahannya sebelum aku meledak dengan semua kenikmatan ini. Ia melepaskan penisku dari mulutnya sambil tersenyum menggoda. Ia lalu kembali menaikkan tubuhnya ke atasku, atau lebih tepatnya duduk di atasku.
Perlahan ia menjorokkan tubuhnya ke depan untuk menciumku sementara sebelah tangannya turun dan menggeser sisi CD-nya, aku membantunya mengantar kepala penisku menemui gerbang kewanitaannya. Dan kenikmatan pun kembali kurasakan saat ia bergerak turun dan batangku perlahan meluncur masuk ke dalam liangnya. Kami terdiam sesaat untuk menikmati sensasi kenikmatan yang ada, kemudian kembali berciuman sambil mulai bergerak perlahan.
Gerakan demi gerakan makin menambah kenikmatan dan sensasi yang ada, makin lama kami pun bergerak makin cepat dengan desahan nafas yang makin memburu. Tanganku tak tinggal diam, aku kembali bermain dengan kedua buah dadanya, meremas-remas dan memilin-milin kedua putingnya.
Beberapa menit dalam posisi ini, Louisa kembali mengejang sesaat dan kemudian ambruk di atasku, bibir kami kembali bertemu dan berpagutan. Aku merasakan bibir vaginanya berkontraksi sejenak menjepit batangku, semakin menambah kenikmatan yang ada.
Setelah beristirahat beberapa saat aku memintanya untuk berganti posisi. Louisa pun bergeser dan menunduk berpegangan pada tepi ranjang sementara aku pindah ke belakangnya untuk memasukkan penisku dari arah belakang. Ia pun menaikkan pantatnya sehingga lebih memudahkan penisku untuk mencapai gerbangnya.
Sambil berpengangan pada buah pantatnya aku perlahan mendorong batang penisku kembali memasuki vaginanya, kemudian mulai menggerakkan pantatku dengan berirama, mendorong batangku keluar masuk kewanitaannya. Tak lama Louisa kembali bergerak mengimbangi gerakanku dalam irama yang sama, batangku pun terdorong masuk makin dalam.
Gerakan kami pun kembali makin lama makin cepat, secepat desah nafas kami yang kian memburu. Aku tak bisa lagi lebih lama menahan orgasmeku, akupun meledak dalam kenikmatan sambil mencengkeram keras kedua belah pantat Louisa, menariknya makin mundur seakan menyambut semprotan muatanku di dalam kewanitaannya.
Aku masih menikmati sisa orgasmeku saat kurasakan pantatnya bergerak mundur dengan tiba-tiba, mendorong penisku untuk semakin melesak ke dalam, rupanya Louisa juga mencapai orgasmenya lagi pada saat yang hampir bersamaan.
Louisa pun ambruk ke tempat tidur dan aku menyusul ambruk di sisinya, kami berciuman untuk beberapa saat sebelum akhirnya larut dalam keheningan dan tertidur sampai pagi. Kami terbangun saat handphone Louisa berdering, Louisa menjawab handphonenya sambil berjalan keluar kamar.
“Sayang, teman-temanku mau datang lagi untuk membantu meneruskan pekerjaan kemarin, mereka datang sekitar 1 jam lagi” katanya setelah kembali ke kamar. “Oke, aku mandi dulu baru kita teruskan pekerjaan kemarin ya” jawabku sambil melangkah menuju kamar mandi.
“Kamu mau mandi juga sayang?”
“Bersama kamu? Tentu saja” balas Louisa sambil ikut melangkah ke kamar mandi menyusulku.
Kami pun bercinta sekali lagi di bawah siraman shower. Ia bersandar pada dinding dan aku merapatkan tubuhku pada tubuhnya sambil mengangkat sebelah kakinya. Dalam posisi ini penisku bisa kembali melesak ke dalam vaginanya tanpa banyak halangan.
Siang itu aku meneruskan pekerjaan mengecatku pada bagian-bagian dinding tertentu yang kemarin kurang rata. Louisa dan teman-temannya sibuk membereskan perabotan kembali ke tempatnya semula, membersihkan noda-noda cat, dan membuang kertas-kertas koran yang kemarin dipakai sebagai penutup.
Yang berbeda adalah hari ini Louisa tampak selalu berada di sisiku, beberapa kali aku menangkapnya memperhatikan diriku, tetapi kali ini aku mengerti maksudnya. Kadang akupun menghampirinya dan mendaratkan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirnya. Tak hanya ciuman, kadang kami juga berlanjut sampai saling meraba, bahkan kami sempat tertangkap basah oleh temannya saat sudah mulai saling membuka baju lagi di ruangan dapur.
Hari itu pun berlalu dengan penuh canda antara kami semua. Dan tidak hanya hari itu, canda tawa Louisa masih terus menemani hari-hariku sampai akhirnya kami harus berpisah karena aku harus pulang ke Indonesia. END

Cerita Sex Berlatih Seks dengan Kakak

Bandar bola - Pengalaman yang tak pernah aku lupakan dan paling gila menurtku, karena malah kakak kandungku yang mengajari aku soal sex, saat ini aku berumur 17 tahun sedangkan kakaku 22 tahun, aku sudah mengerti kelalakuan kakakku yang aneh dia juga sering mengajak teman perempuannya untuk tidur dirumahnya.

Karena antara kamar aku dan kakaku bersebelahan jadi aku sering mendengar suara rintihan di balik tembokku kedua orang tuaku juga tidak ada menaruh curiga kepada kakakku karena dia seorang gadis. Ketika aku mencoba menanyakannya kakakku sama sekali tidak berusaha menampiknya.
Ia mengakui terus terang kalau ia masuk sebuah klub lesbian di kampusnya, begitu juga dengan kekasihnya. Waktu itu aku merasa jijik sekaligus iba padanya, karena aku menyadari ada faktor psikologis yang mendorong kakakku untuk berbuat seperti itu.
Kekasihnya pernah mengecewakannya, kekasih yang dicintainya dan menjadi tumpuan harapannya ternyata telah menikah dengan orang lain karena ia telah menghamilinya.
Kembali pada masalah tadi, sejak itu aku jadi sering berbincang-bincang dengan kakakku mengenai pengalaman seksnya yang menurutku tidak wajar itu. Ia bercerita, selama menjalani kehidupan sebagai lesbian, ia sudah empat kali berganti pasangan, tapi hubungannya dengan mantan-mantan pacarnya tetap berjalan baik.
Begitulah kadang-kadang, ketika ia kembali mengajak pasangannya untuk tidur di rumah, pikiranku jadi ngeres sendiri. Aku sering membayangkan kenikmatan yang tengah dirasakannya ketika telingaku menangkap suara erangan dan rintihan.
Aku tergoda untuk melakukannya. Pembaca, hubunganku yang pertama dengan kakakku terjadi awal tahun 2000, ketika ia baru saja putus dengan pasangannya.
Ia memintaku menemaninya tidur di kamarnya, dan kami menonton beberapa CD porno, antara tiga orang cewek yang sama-sama lesbian, dan aku merinding karena terangsang secara hebat mengingat kakakku sendiri juga seperti itu.
Awalnya, aku meletakkan kepalaku di paha kakakku, dan ia mulai mengelus-elus rambutku.
“Aku sayang kamu, makasih ya, mau nemenin aku”, katanya berbisik di telingaku.
Mendengar hal itu, spontan aku mendongakkan wajah dan kulihat matanya berlinang, mungkin ia teringat pada kekasihnya. Refleks, aku mencium pipinya untuk menenangkan, dan ternyata ia menyambutnya dengan reaksi lain.
Di balasnya kecupanku dengan ciuman lembut dari pipi hingga ke telingaku, dan di sana ia menjilat ke dalam lubang telingaku yang membuat aku semakin kegelian dan nafsuku tiba-tiba saja naik.
Aku tak peduli lagi meski ia adalah kakakku sendiri, toh hubungan ini tak akan membuatku kehilangan keperawanan.
Jadi kuladeni saja dia. Ketika ia menunduk untuk melepaskan kancing-kancing kemejaku, aku menciumi kuduknya dan ia menggelinjang kegelian.
“Oh.. all..”, desahnya.
Aku semakin liar menjilati bagian tengkuknya dan memberi gigitan-gigitan kecil yang rupanya disukai olehnya.
Ketika kusadari bahwa kemejaku telah terlepas, aku merasa tertantang, dan aku membalas melepaskan T-shirt yang ia kenakan. Ketika ia menunduk dan menjilati puting susuku yang rupanya telah mengeras, aku menggelinjang. Kakakku demikian lihai mempermainkan lidahnya, kuremas punggungnya.
“Oohh.. Kaakk, ah.. geli”, Ia mendongak kepadaku menatap mataku yang setengah terkatup, dan tersenyum.
“Kamu suka?”.
“Yah..”, kujawab malu-malu, mengakui.
Ia kembali mempermainkan lidahnya, dan aku sendiri mengusap punggungnya yang telanjang (kakakku tak biasa pakai bra ketika hendak tidur) dengan kukuku, kurasakan nafasnya panas di perutku, menjilat dan mengecup.
Aku memeluknya erat-erat, dan mengajaknya rebah di peraduan, lantas kutarik tubuhku sehingga ia berada dalam posisi telentang, kubelai payudaranya yang kencang dan begitu indah, lantas kukecup pelan-pelan sambil lidahku terjulur, mengisap kemudian membelai sementara jemariku bermain di pahanya yang tidak tertutup.
Aku menyibakkan rok panjang yang dipakainya kian lebar, dan kutarik celana dalamnya yang berwarna merah sementara ia sendiri mengangkat pantatnya dari kasur untuk memudahkanku melepaskan CD yang tengah dipakainya.
Ketika aku meraba ke pangkal pahanya, sudah terasa begitu basah oleh cairan yang menandakan kakakku benar-benar sedang bergairah. Aku sendiri terus menggelinjang karena remasannya di payudaraku,
Tapi aku ingin lebih agresif dari pada dia, jadi kubelai lembut kemaluannya, dan merasakan jemariku menyentuh clitorisnya, aku membasahi jemariku dengan cairan yang ada di liang senggamanya kemudian kuusap clitorisnya, lembut pelan, sementara ia mendesah dan kemudian meremas rambutku kuat-kuat.
“Oh.. Yeahh.. Ukkhh, ahh, terus, teruss, ahh”, celoteh kakakku dengan ributnya. Aku terus mengusap clitoris kakakku, dan tiba-tiba kurasakan tubuhnya mengejang kuat-kuat, jemarinya meremas punggungku, lantas ia merebah lemas.
Aku memandang ke wajahnya yang bersimbah keringat, “Sudah Kak?” Ia mengangguk kecil dan tersenyum.
“Thanks yah”, aku mengedik.
Aku belum puas, belum. Kukeringkan jemariku sekaligus kemaluan kakakku, kemudian aku turun, dan menciumi pahanya.
“Ohh.. teruskan terus.. yeah.. terus..”, aku tak peduli dengan erangan itu, aku mendesakkan kepalaku di antara kedua pahanya dan sementara aku mulai menjilati selangkangannya, kulepaskan ritsluiting rok kakakku, dan menariknya turun.
Aku juga melepaskan sendiri celana jeans pendek yang tengah kupakai, kemudian aku memutar badanku sehingga kemaluanku berada tepat di atas wajah kakakku. Ia mengerti dan segera kami saling menjilat, pantat serta pinggul kami terus berputar diiringi desahan-desahan yang makin menggila.
Aku terus menjilati clitorisnya, dan kadangkala kukulum, serta kuberi gigitan kecil sehingga kakakku sering berteriak keenakan. Kurasakan jemarinya bergerak mengelusi pantatku sementara tangan kirinya merayap ke pinggir dipan.
Sebelum aku menyadari apa yang ia lakukan, ia menarik tanganku dan menyerahkan sebuah penis silikon kepadaku.
“Kak?”, bisikku tak percaya.
“Masukkan, masukkaan, please..” Ragu, aku kembali ke posisi semula dengan ia terus menjilati clitorisku, kumasukkan penis buatan itu perlahan-lahan, dan kurasakan ia meremas pantatku kuat-kuat, pinggulnya berputar kian hebat dan kadang ia mendorong pantatnya ke atas,
Aku sendiri menyaksikan penis itu masuk ke lubang kemaluan kakakku dan asyik dengan pemandangan itu, kusaksikan benda tersebut menerobos liang senggamanya dan aku membayangkan sedang bersetubuh dengan seorang lelaki tampan yang tengah mencumbui kemaluanku.
Lama kami berada dalam posisi seperti itu, sampai suatu ketika aku merasakan ada sesuatu di dalam tubuhku yang membuatku seolah merinding seluruh tubuh karena nikmatnya, dan tahu-tahu aku menegang kuat-kuat, “okh.. kaakk.. ahh.. ahh!”
Tubuhku serasa luluh lantak dan aku tahu aku telah mengalami orgasme, kucium paha kakakku dan kumasukkan penis silikon itu lebih cepat, dan pada ritme-ritme tertentu, kumasukkan lebih dalam, kakakku mengerang dan merintih, dan terus-terang, aku menikmati pemandangan yang tersaji di depanku ketika ia mencapai orgasme.
Terakhir, aku mencium clitorisnya, kemudian perut, payudara dan bibirnya. Lantas ketika ia bertanya, “Nyesel nggak?” aku menggeleng dengan tegas. Malam itu kami tidur dengan tubuh telanjang bulat, dan sekarang kami kian sering melakukannya.

MEMUASKAN NAFSU BIRAHI DOKTER CANTIK DI HOTEL KETIKA BERKUNJUNG KE JAKARTA

Bandar bola - Cerita mesum dokter cantik yang memiliki nafsu birahi ingin ML di hotel dengan judul ” Memuaskan Nafsu Birahi Dokter Cantik di Hotel Ketika Berkunjung ke Jakarta  yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.



MEMUASKAN NAFSU BIRAHI DOKTER CANTIK DI HOTEL

Bandar bola – Aku bekerja sebagai supervisor marketing di sebuah perusahaan farmasi. Sebelum aku menjadi supervisor posisiku adalah yang biasa disebut Detailer, yaitu wakil dari perusahaan farmasi yang bertugas mengenalkan dan meyakinkan dokter akan produknya dengan harapan menuliskan produknya diresep, dan aku ditempatkan di Makasar.
Sebulan sekali aku tugas luar kota ke Ambon selama satu minggu. Itu sekitar tiga tahun lalu . Sekarang karena sudah banyak perkembangan, di Ambon sudah ditempatkan seorang Detailer, dengan panggilan Dino.
Sekarang aku ditempatkan di Jakarta membawahi beberapa Detailer. Suatu hari, hari Kamis saat itu, aku dipanggil oleh Sales Manager ke kantornya, ” Ardy, kamu kenal dokter…(sambil menyebutkan nama) yang di Ambon kan ?” tanya bossku
” Kenal, pak. Emang kenapa ? ” aku balas bertanya.
” Tadi Dino telpon katanya istri dokter tersebut mau datang ke Jakarta ada keperluan. Jadi besok kita jemput bersama2 di Bandara ” jelas bossku
” Ooh, dokter Elma yang mau datang, saya juga kenal dia, baik pak besok kita jemput bersama2 ”
Adalah sudah biasa bagi perusahaan farmasi untuk menjamu seorang dokter dan atau keluarganya, apalagi dokter tersebut banyak menuliskan produk2nya di resep. Demikian juga dengan suami dokter Elma ini, dia adalah paling banyak membantu perusahaan kami di Ambon. Kalau dokter Elma sendiri bertugas di sebuah puskesmas kecil di Ambon dan dia tidak praktek pribadi, jadi hanya meresepkan obat2 generik. Tapi aku sudah mengenal dia sewaktu aku sering ke Ambon dulu.
Dokter Elma sewaktu aku di Ambon baru menikah 3 tahun dan belum dikaruniai anak. Dia orangnya baik, wajahnya cantik khas wajah Ambon boleh dibilang manis, tinggi badannya sekitar 165 cm, usianya waktu itu sekitar 27 tahun, jadi sekarang sekitar 30 tahun, mengenai bentuk tubuhnya aku tidak begitu jelas karena saat ketemu dia selalu mengenakan jubah putih dokternya yang longgar dan aku tidak terlalu memperhatikan karena aku waktu itu tidak tertarik dengan wanita yang berkulit gelap, walaupun kulit dokter Elma tidak terlalu hitam.
Yang aku dengar (karena aku belum pernah melihat sendiri) dokter Elma sewaktu belum married adalah seorang atlet volley dan sering mewakili Maluku di kejuaraan2 tingkat Nasional. Hari Jumatnya aku dan bossku menjemput dokter Elma di bandara,
” Halo dokter Elma, selamat datang….sendiri saja dokter ? ” sambut kami di pintu penjemputan sambil menyalami dia yang nampak segar dengan celana katun hitam longgar dan kaos lengan panjang berwarna cream yang juga longgar.
” Ya, saya sendiri saja habis suamiku masih sibuk cari duit terus….. waah Ardy, kamu masih seperti dulu saja…. tetap awet muda….” balas dia sambil tersenyum memamerkan giginya yang putih rapi.
Saat di dalam mobil aku menanyainya ” Belum punya momongan dokter ? ”
” Belum dikasih ” jawabnya singkat, tapi aku tahu dia agak berat untuk menjawab dan aku alihkan pembicaraan.
” Dokter Elma, kita mau ke mana dulu nich ? ” tanyaku
” Kita langsung aja di hotel dulu, aku mau ganti baju dulu udah lengket badanku ” jawab dokter Elma
” Ngga makan siang dulu saja dokter Elma ? ” tanya bossku, walaupun aku tahu saat itu sudah lewat waktu makan siang.
” Ngga ah, tadi sudah makan di pesawat dan sekarang masih kenyang. ” jawabnya sambil kembali memperlihatkan giginya yang putih.
” Kalau begitu kami antar dokter ke hotel dulu supaya dokter istirahat dulu biar nanti malam Ardy jemput dokter untuk makan malam atau mungkin dokter mau pergi kemana, kalau saya tidak bisa ikut, saya ada janji dengan orang…” kata Sales Managerku, dalam hatiku langsung berkata… ” bakalan jadi sopir nich, tapi yach…. inilah bagian dari pekerjaanku. I have to enjoy it ”
” Aduh….jadi ngrepotin nich ” jawabnya basa basi.
Kami antar dokter Elma ke sebuah Hotel bintang empat yang tentu saja dibiayain perusahaan dimana aku bekerja. Setelah check-in dan mengantar dokter Elma kekamarnya aku dan bossku pulang ke kantor dan aku langsung pulang kerumah untuk mandi dan ganti baju. Sampai disini aku masih tetap belum mempunyai perasaan apa2 terhadap dokter Elma.
Pukul enam lewat sepulu menit aku ketuk kamar dokter Elma. Tidak lama kemudian pintu dibuka dan …. dokter Elma keluar dengan dandanan yang baru kali ini aku melihatnya. Dokter Elma mengenakan celana jeans stretch ketat warna biru tua dengan T shirt ketat berleher V yang cukup rendah sehingga belahan dadanya yang kencang sedikit terlihat, dengan warna yang sama celananya.
Disinilah aku mulai melihat keindahan tubuh dokter Elma, payudara tang tidak terlalu besar tapi padat berisi, pinggang ramping dengan perut yang masih rata diteruskan dengan pantat yang padat serta bentuk paha yang panjang berisi, dia hanya memakai sepatu kets, rambutnya diikat model ekor kuda sehingga menyisakan rambut2 halus di kening dan tengkuknya dengan kulitnya yang coklat tapi mulus. Sejenak aku terpesona.
” ardy, kenapa kamu bengong ? ayo kita jalan ” katanya mengagetkanku
” eh..ya..ayo kemana kita dokter ? ” jawabku agak gugup
” Ardy, aku kan mau beliin kado buat hadiah keponakan Bapak yang mau menikah hari Sabtu besok dan aku mau beliin dia kalung mas saja, jadi kamu antar ke mal yang ada toko masnya, setelah itu kita makan malam di Pecenongan saja biar santai ..” kata dokter Elma setelah di dalam mobil inventarisku.
” Beres bos…” jawabku setengah bercanda.
Singkat cerita, kami malam itu hanya ke mal membeli apa yang dia cari dan makan malam saja langsung pulang ke hotel.
” Besok rencana mau kemana lagi dokter ? ” tanyaku saat di lobby di hotel
” Pagi aku ngga kemana2, di hote, saja, kamu ngga usah jemput saya..” jawabnya
” Kalau begitu saya dan sales manager akan menjemput dokter di hotel untuk makan siang.. Itu yang boss pesan tadi untuk acara besok ” kataku lagi
” Ok kalau begitu sampai jumpa besok di hotel , thank’s ya Ardy ”
” Baik dokter saya pamit dulu. Selamat malam ” akupun langsung pulang. Besoknya kami hanya makan siang dan dia juga tidak mau ditemani jalan2 malam harinya. ” Wah.. legaa ” pikirku senang.
Selesai jam kantor sekitar jam 5 sore ketika aku sudah bermaksud pulang, tiba2 terdengar bunyi hpku, dan ketika aku lihat ternyata dokter Elma yang memanggil. ” Ardy, kamu ada dimana ? Kalau masih dekat dengan hotel, kamu mampir dulu kesini ya…” terdengar suara dokter Elma dari seberang hp.
” Baik dokter, kebetulan saya baru keluar kantor. Saya akan langsung kesana ” jawabku setengah mengeluh karena pikirku bakalan jadi sopir lagi nich…..
Setengah jam kemudian aku sampai di hotel tempat dokter Elma menginap dan aku langsung mengetuk pintu kamarnya. Ketika pintu dibuka muncul dokter Elma hanya mengenakan baju renang, one peace sih tapi pas di bagian perut, pinggang dan punggung bagian bawah modelnya berlubang sehingga nampak pusar dan kulit yang coklat mulus dibagian yang selama ini aku tidak pernah melihat, sayang bagian yang lebih bawah tidak bisa terlihat karena ditutup dengan handuk sampai ke lutut.
” Ayo temani aku berenang, tadi pas jalan2 dikolam renag aku jadi kepingin berenang di hotel tapi aku malas sendirian, makanya aku panggil kamu buat nemani aku di hotel ..” sambutnya saat membuka pintu
” Tapi…saya ngga bawa pakaian renang dok ” kataku agak bingung
” Kan bisa beli dikantin kolam renang hotel. Ayo pokoknya temani aku berenang, ambil tuh handuk di hotel yang satunya..” katanya setengah memaksa.
Akupun ngga bisa menolak dan kami menuju kolam renang di hotel. Dokter Elma hanya memakai baju renang yang bagian bawahnya dibalut handuk sedangkan aku masih memakai pakaian kantor lengkap dengan menenteng handuk.
Setelah sampai dokter Elma langsung menuju kolam dan meletakan handuknya dibangku dipinggir kolam, aku membeli celana renang dan menuju kamar ganti dan akupun menyusul doktr Elma, sayang aku ngga sempat melihat dokter Elma membuka lilitan handuknya karena saat itu aku lagi di kantin untuk beli celana renang.
Satu jam berlalu kami berenang dan kadang sambil cerita kesana kemari, langit mulai gelap dan lampu2 sekitar kolam renang sudah dinyalakan, dokter Elma mengajakku untuk berhenti akupun setuju dan inilah saat yang aku tunggu2 yaitu saat dia naik dan aku bisa melihat keindahan tubuhnya dibalik pakaian renangnya.
Benar saja aku melihat tubuh yang sexy milik dokter Elma walaupun kulitnya berwarna coklat tapi mulus sekali apalagi dalam keadaan basah seperti ini lebih menambah kesexyan tubuhnya pikirankupun mulai macam2 apalagi saat naik kepinggiran kolam dia menoleh sambil senyum kearahku.
Sepertinya dia tahu aku bakalan terpesona melihat bentuk tubuhnya dan memang begitulah kenyataannya sampai2 aku merasakan ada pemberontakan dibagian bawahku, tapi aku segera mengalihkan supaya burungku tidak berdiri, kan malu kalau saat keluar kolam burungku berdiri, aku kan hanya pakai celana renang, bisa kelihatan menonjol donk. Akupun keluar dari kolam dan mengambil bajuku, aku jadi ingat kalau kami ngga bawa sabun atau shampoo buat bilas.
” Kita bilas dikamar hotel saja ndry….lebih enak, kan ada air panasnya.” katanya sambil melilitkan handuknya dan akupun melilitkan handuku sedangkan pakaianku aku tenteng, sepertinya dokter Elma tahu apa yang ada dipikiranku. Kamipun menuju ke kamar hotel. Saat kami didalam kamar dan pintu sudh kami kunci tiba2 tangan dokter Elma menariku ” yuk…kita bilas sama2…”
Aku kaget, tentu saja ngga menolak ” bener nih..? ‘ tanyaku meyakinkan. Dokter Elma hanya senyum sambil tangan kanannya menariku sedangkan tangan kirinya melepaskan handuknya dan membiarkannya berserak di lantai dan akupun mengikutinya.
Di dalam kamar mandi dia langsung menghidupkan air panas dan menutup lubang bath tub sehingga mulai terisi air panas. Sambil masih tersenyum dan memandangku dia melepaskan baju renangnya. sekejap dia sudah telanjang bulat diahadapanku.
Kakiku agak goyah melihat pemadangan ini, didepanku berdiri dengan rambut yang masih basah tanpa busana selembarpun seorang wanita cantik berkulit coklat bertitel dokter dengan tubuh yang sangat sexy, tubuh padat berisi dengan bulu kemaluan yang hitam tebal, paha yang berbentuk indah dengan bulu2 lembutnya,
punggung bagian atasku tanpa trasa bersandar ke tembok dan tanpa aku sadari pula dokter Elma sudah membungkuk sambil melepaskan celana renangku dan langsung saja burungku yang sudah berdiri nongol keluar karena aku ngga pakai cd sewaktu berenang tadi. Sementara itu bath tub sudah mulai penuh dengan air hangat.
” Jangan bengong saja, ayo kita mandi…” akupun sadar dari kekagumanku pada tubuh dokter Elma dan akupun menarik nafas panjang berulang2 mencoba menguasai diri dan aku berhasil.
” OK, mana sabunnya biar aku gosok punggung dokter ….eh tapi aku shampooin dulu aja…” setelah aku shampooin rambutnya akupun mulai mengosok punggung dokter Elma sambil berdiriyang mulus dengan sabun cair miliknya
Pertama ku gosok dengan kedua tanganku punggungnya, kemudian tengkuknya, lehernya, akupun mulai merapatkan tubuhku ketubuh dokter Elma dan dari belakang aku mulai meggosok payudaranya yang ternyata masih kencang dokter Elma mulai naik birahinya, kepalanya mulai disandarkan ke bahuku dan kepalanya digeser2kan ke telinganku sambil mulutnya mulai mendesis…….sssshhh…ssssh hh….Tanganku yang basah dan licin karena sabun aku elus2kan dikedua payudaranya terkadang aku turunkan keperutnya dan mengusap bulu jembutnya, aku naikan lagi ke payudaranya.
Tangan kanannya mengambil sabun cair dan dituangkan ketelapak tangan kirinya, sambil punggungnya masih ttap bersandar ke tubuhku tangan kirinya meraih burungku dan mulai mengusap2 burungku yang udah berdiri dan semakin tegang saat tangannya yang halus dan licin karena sabun mulai pelan2 mngocok burungku…. eeeggghhhh……. dari mulutkupun keluar suar tertahan karena nikmat.
Dokter Elma terus meremas dan mengurut burungku, sementara tangankupun terus mengelus payudara, perut dan selangkangannya. Birahi kamipun memuncak. Apalagi aku yang rasanya hampir menyemprotkan spermaku. Posisi kami sudah saling berhadapan dengan tangan dokter Elma masih terus mempermainkan burungku.
Aku terus menciumi wajah dan bibir dokter Elma. Tiba2 …… byuuur….. kami berdua terjatuh ke bath tub dan berdua langsung tertawa terbahak2 rupanya tanpa sadar kami bergerak dan kaki kakiku menabrak bath tub sehingga mnyebabkan kami kecebur. Spermakupun ngga jadi keluar dan kami putuskan mandi dulu, foreplaynya ditunda.
Selesai mandi dokter Elma langsung menyeretku ke tempat tidur. Aku disuruh duduk di pinggir kasur dan dia jongkok sambil meraih burungku yang mulai mengecil dan menyedotnya hanya sebentar burungku mulai naik lagi diapun mulai menjilati bagian kepala buungku kemudian leher bagian bawah burungku yang merupakan bagian paling sensitif tanganku mulai untuk menopang tubuhku sambil aku terus mnikmati jilatan dan hisapan dokter Elma.
Dokter Elma berdiri dan mencium bibirku. Aku minta dia tetap berdiri dan sambil duduk aku mulai menciumi payudaranya, lidahku aku putar2kan di putingnya kdua tanganku menggerayangi pantatnya yang padat…..ssshhh…ndry….dar i mulutnya terdengar desisan sambil tangannya megusap2 rambutku.
Ciumanku turun keperutnya terus aku jilati jembutnya, selangkangannya. Kakinya mulai mengangkang. Dengan mulutku terus menciumi selangkangannya aku berlutut di bawah dokter Elma dan dengan posisi mengadah lidahku mulai menjilati klitorisnya…..aahhh….ssshs sshh…..mulut dokter Elma terus mengeluarkan erangan kenikmatan , pantatnya digoyang2kan mengimbangi gerakan lidahku, tangannya menekan kepalaku supaya lidahku lebih menekan ke klitorisnya.
Tiba2 dokter Elma menaikan kaki kirinya ke pinggiran kasur sehingga memeknya yang sudah basah dan licin lebih terbuka, lidahku makin gila keluar masuk menjilati seluruh bagian memeknya dan diapun mekin keras menggoyang pantatnya, tiba2 dia tangannya menekan keras2 kepalaku sambil pantatnyapun ditekan kuat2 ke mukaku badannya bergetar ……
hhggghhh…..hhgghhhh… …ahhhhh…..srrt.. .srtt..lidahku merasakan cairan kental asin menyemprot masuk mulutku dan dokter Elmapun jatuh terduduk di pinggiran kasur, nafasnya tidak teratur, dadanya naik turun, aku berlutut di lantai sambil memeluk pinggangnya dan menciumi perutnya.
“…ndry..gila kamu ndry….aku bisa keluar banyak sekali….. kamu telan ya ? ”
” Emang sama suami ngga pernah begini ? ” aku balas bertanya
” Main oral sih tapi ngga sampai keluar begini dia minta buru2 dimasukin. Lidahmu benar2 pintar muasin perempuan. Ngga tahu yang bawah soalnya kelihatanya tidak perkasa dan ukurannya juga ngga gede ” katanya sambil mendorongku untuk terlentang,
aku menolak dan menyuruhnya terlentang sambil kakinya tetap di lantai sehingga nampak memek dengan bulu lebatnya menggunung, aku langsung mengarahkan burungku ke lubang memeknya yang sudah sangat licin dan langsung masuk ….slep…aku mulai memompa pelan2 dan makin kencang dan terdengar ….crop… crop…. crop…
karena memeknya semakin basah dan licin dan suara iu makin keras saat aku memompanya lebih keras . Kedua kakinya mulai dibuka lebar2 sambil ditekuk dan ditahan dipinggiran kasur . Saat posisi ini aku tidak memompa tapi aku tekan pantatku sehingga burungku mentok didinding rahimnya dan aku putar kuat2………..
ahhh…… hhhh …. terus ndry.. putar yang kuat…..a ku tahu dokter Elma mau orgasmeyang kedua dan aku putar kuat2 ambil menekan dan tangan dokter Elma menarik pantatku dan….aahhhku …hmmhh….badannya mengejang sesaat dan matanya yang indah melotot.Hhh….badanyapun terkulai lemas. dokter Elma meraih kepalaku dan mencium bibirku sambil senyum manis..
”benar2 luar biasa, mulut dan burungmu, ayo kamu dibawah”
“Masih kuat ?” tanyaku
dokter Elma langsung jongkok di atas burungku dan memasukannya ke memeknya yang semakin basah bahkan membasahi batang burungku. Crop….crop….crop, terdengar suara saat dia mulai mengayun pantatnya dan dia tengkurap sambil merapatkan kakkinya dan membuka kedua kakiku.
Dia tidk menaik turunkan pantatnya tapi menggoyangkannya sehingga burungku terasa diputar didalam memeknya dan burungku lebih menempel ke klitorisnya membuat birahi kami gampang naik dan sebentar gerakannya pun makin liar dan akupun sudah tidak bisa menahan ledakan spermaku, tubuh kami bergetar dan saling memeluk erat2…”dokter….aku keluaarrr”
“aku juga ndry” kami saling berciuman dan sebentar kemudian terkulai lemas.
Terpaksa aku menemani dokter Elma tidur di hotel dan kami mengulanginya dua kali. Kini dokter Elma sudah kembali ke Ambon. Aku hanya berharap ada saudaranya lagi yang menikah supaya ia datang ke Jakarta lagi. END

DILEMA ANTARA SETIA DENGAN KELUARGA ATAU BERSELINGKUH DENGAN POLISI GANTENG

Bandar bola - Cerita mesum mama muda yang dilema ketika berselingkuh dengan polisi muda ganteng dengan judul ” Dilema Antara Setia dengan Keluarga atau Berselingkuh dengan Polisi Ganteng ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks, selamat menikmati.




DILEMA ANTARA SETIA DENGAN KELUARGA ATAU BERSELINGKUH DENGAN POLISI


Bandar bola - Aku tinggal di kompleks perumahan elit di kota Y. Suamiku termasuk orang yang selalu sibuk. Sebagai PNS di kota Y tugasnya boleh dibilang tidak kenal waktu. Usiaku sudah 35 tahun selisih tiga tahun lebih tua suamiku. Tinggi 158 cm dan berat 50 kg, orang-orang bilang tubuhku bagus, tapi menuruntuku biasa–biasa saja.
Aku punya dua putra, anak pertama kelas tiga SMP dan anak kedua kelas satu SMP. Sebut saja namaku Ina (bukan nama sebenarnya). Aku melakukan kesalahan yang sangat fatal dalam hidup ini karena aku telah berselingkuh dengan seseorang yang aku belum begitu mengenalnya.
Singkat cerita, kejadian ini pada tanggal enam Maret 2014, dimana waktu itu aku berkunjung kekantor suamiku setelah aku pulang dari mengajar, oh ya, aku adalah seorang guru di salah satu SMP Negeri dan Swasta di kota Y.
Dari sekolahan aku langsung melucur kekantor di kota Y, tapi diperempatan sebelah timur tugu aku telah melanggar lampu merah dan akhirnya aku dikejar oleh salah seorang polisi yang sedang bertugas, sang Polisi berhenti memotong laju kendaraanku aku pun bergegas menginjak rem.
“Selamat Siang Bu..!”
“Siang pak”, begitu sahutku.
“Maaf Bu, Anda telah melanggar lampu merah, Tolong tunjukan SIM dan STNK Anda.”
Aku pun mengeluarkan dompet dan menyerahkan SIM beserta STNK.
“Maaf Bu, Anda Ikut saya kepos Polisi.”
Aku pun menurutinya karena aku juga merasa bersalah.
Polisi muda tersebut masih berusia sekitar 28 Tahun berinisial “R”.
Kami pun sama–sama menuju pos polisi.


Setelah sampai dipos polisi saya diberi alternatif untuk mengembalikan SIM saya. Yang pertama aku harus sidang pada tanggal 11 Maret dan aku harus membayar denda sebesar Rp. 20.000,00. Tanpa ambil pusing akupun langsung membayar denda karena aku juga tergesa–gesa menuju kantor suamiku, karena suamiku telah menungguku untuk pulang bareng, kebetulan suamiku tidak bawa mobil karena dipakai salah satu temannya. Ku akui kalau polisi tersebut tampan, badan tinggi dan tegap. Setelah proses pembayaran denda selesai, sang polisi bertanya.
“Maaf Bu, kenapa Ibu kelihatannya Tergesa-gesa?”
“Iya ini pak, saya sudah ditunggu suamiku dikantornya.”
“Kalau boleh tahu kantornya dimana Bu?”
“Kantor *** Pak”, aku jawab pertanyaannya.
“Oya, Suami Ibu siapa namanya, kalau boleh tau”?
“Pak Guruh (bukan Nama Sebenarnya)”
“Ha… Pak Guruh”, Polisi merasa terkejut.
“Iya memang kenapa”, tanyaku kepada polisi muda.
“saya kenal baik bu dengan dia.”
“Oh ya… Bapak kenal dimana?”, Kembali tanyaku.
“saya sering kekantor sana Bu, jadi ya kenal dengan pak Guruh.”
“Oh… Iya sich polisi sama kantor sana masih saudara ya”, begitu gurauku dengan polisi muda.
“Ah… Ibu bisa saja. Pak Guruh beruntung ya punya istri secantik ibu.”
“Terima kasih pak atas pujiannya, tapi saya boleh pergi pak. Kasihan suamiku sudah menunggu”, begitu sahuntuku sama polis muda.
“Oh… Silahkan bu, kalau ibu butuh sesuatu yang berhubungan dengan polisi silahkan hubungi saya bu”, sambil kasih secarik kertas berisikan nomor hp dia.


Akupun menerimanya dan langsung pergi kekantor suamiku. Setiba dikantor suamiku, suamiku sudah menunggu diruang tamu, sedang bincang–bincang dengan rekan kerjanya.
“Kok mama lama banget sich, kemana aja?”, tanya suamiku kepadaku.
“Maaf pa, tadi saya ketilang”, jawabku singkat.
“Kok mama tidak bilang, kan nanti bisa tidak bayar denda”, jawab suamiku.
“Gak masalah pa, lagi pula mama yang salah.”
“Emang siapa yang tilang kamu ma?”, tanya suamiku.
“Dia namanya Randi (Bukan nama sebenarnya)”, begitu jawabku sama suamiku.
“Ha… Randi, mama tidak bilang kalau mama istriku?”
“Bilang sich pa, tapi pas sudah membayar denda, udahlah pa tidak usah dibahas lagi”, begitu aku meyakinkan suamiku biar tidak berkepanjangan.
“ya sudah ayo pulang”, ajak suamiku.
Setelah suamiku pamit kepada rekan–rekannya, langsung aku dan suamiku berboncengan menuju rumah. Keesokan harinya hari kamis tanggal tujuh Maret 2014, kebetulan aku tidak mengajar, karena hari kamis tidak ada jam pelajaran yang saya ajarkan. Akhirnya aku dirumah sendiri karena anak–anak sekolah dan suami kekantor yang ad Cuma pembantu.
Sekitar pukul 10 siang telepon rumah berdering. Aku pun lansung angkat teleponnya.
“Halo… Selamat pagi”, jawabku.
“Halo ma ini papa, tadi polisi yang menilang kamu kemarin datang kekantor minta maaf sama papa, dan mau ngembaliin uang denda kemarin”, kata suamiku ditelepon.
“Trus gimana pa?, ya udahlah pa tidak usah diusut lagi.”
“Aku tidak ngapain–ngapain kok, tadi dia sendiri yang datang kekantor dan minta maaf”, begitu jawab suamiku.
“Ya udahlah, terima aja uang dendanya, selesai kan?”, akupun menjawab
“Sekarang dia menuju rumah kita, karena aku bilang minta maaf aja langsung ma istriku”, jawab suamiku.
“Ihh, ngapain pa?, kayak kurang kerjaan aja?”, aku membalas perkataannya.
“Ya udah tidak masalah, ntar dia cuma minta maaf kok. Dah ya ma, papa lagi kerja nich”, begitu kata suamiku.
“Ya udah pa, da…”, aku pun tutup teleponnya.


Selang tiga puluh menit ada kendaraan sepeda motor Honda Tiger datang, aku sedang menonton TV diruang keluarga.
“Permisi… Permisi…”, panggil seseorang dibalik pintu depan.
“Bi… Tolong buka pintu, ada tamu”, aku menyuruh pembantuku.
“Iya bu”, jawab pembantuku.
“Maaf mbak bu Ida ada?”, tanya seorang tamu tadi.
“Ada pak, tapi bapak siapa ya?”, Tanya kembali pembantuku.
“Oh ya, bilang saja saya Randi. Ibu dah tahu kok”, jawabnya.
Aku yang didalam ruang keluarga mendengar percakapannya, aku terkejut setelah yang datang adalah Randi sang polisi muda yang tampan, tegap dan tinggi.
“Silahkan masuk pak”, pembantuku bersikap sopan terhadapnya.
Gak lama kemudian pembantuku datang.
“Bu ada yang cari ibu?”, kata pembantuku.
“Siapa bi?”, tanyaku pura–pura tidak tau.
“Randi bu, katanya ibu sudah tau”, jawab pembantuku yang polos.
“Ya udah sana masak lagi”, begitu perintahku sama pembantuku.
Akupun berdiri menuju ruang tamu.
“Eh.. Pak Randi, ada apa ya pak? Apa masih perlu syarat lagi untuk ditilang?”, kataku sedikit menyindir.
“Gak bu, jadi tidak enak nich. Saya hanya minta maaf bu”, jawab Randi.
“Ngapain minta maaf, kan saya yang salah dan kamu sudah sesuai prosedur untuk menilang saya”, aku pun menjawab.
“Iya sich bu, tapi saya tidak enak saja”, Kembali dia berkata dengan nada menyesal.
“Ya sudah tidak usah dipikirkan lagi”, sahutku.
“Iya bu terimakasih”, jawabnya.
“Kok bapak tidak bertugas”, tanyaku.
“Saya mohon jangan panggil pak dong, panggil nama saja”, jawabnya.
“Oya maaf. Randi kok tidak tugas?”, tanyaku kembali.
“Saya nanti malam piket bu.”, jawabnya dengan polos.
“Oh… Jadi kesini intinya hanya minta maaf ya?”, tanyaku kepada Randi.
“Iya bu, maaf bu kok sepi emang rumah sebesar ini dihuni siapa saja bu?”, tanya Randi.
“Oh… Anak–anak lagi sekolah, bapak dikantor, jadi dirumah cuma aku dan pembantuku, tapi kalau aku kerja ya cuma pembantuku”, jawabku jelas.
“Rumah sebesar ini cuman dihuni empat orang plus pembantu bu?”, tanyanya kembali.
“Iya mang napa?”, tanyaku kembali.
Ku akui rumah kami memang besar bertingkat, kamar tidur ada 6, diatas dua dibawah tiga dan satu kamar pembantu. Untuk kamar atas khusus kamar aku dan suamiku dan satu kamar atas untuk kamar tamu. Anak–anakku punya kamar sendiri–sendiri dibawah.
“Gak apa – apa Cuma tanya aja bu”, begitu jawab Randi.
Pukul sudah menunjukan pukul 11.00 WIB kami asik ngobrol. Diwaktu ngobrol asik pembantuku membawa minuman teh buat Randi dan aku.
“Silahkan diminum Ran”, perintahku sama Randi.
“Iya bu, terimakasih”, jawabnya.
Kami pun menikmati teh yang dibuat oleh pembantuku. Dan tiba–tiba…
“Ibu cantik sekali”, kata Randi.
“Maaf.. Apa ran?”, aku pura–pura tidak dengar dan sedikit kaget.
“Iya ibu cantik sekali, pak Guruh beruntung punya istri kayak ibu yang cantik dan pinter”, katanya kembali memujiku.
“Terimakasih atas pujiannya, tapi aku sudah berusia 35 tahun jadi dibandingkan dengan perempuan yang seusia kamu pasti lebih cantik, apa lagi aku bersuami dan punya anak lagi”, jawabku sambil menyakinkan kalau aku bersuami.
“Tapi ibu tetep cantik kok, walaupun punya anak”, dia kembali memujiku.
“Terimakasih ya, tapi Randi jangan memuji terus, karena tidak enak aja kedengaranya”, jawabku halus.
“Apakah saya salah bu, jika kagum terhadap ibu”, dia mulai merayu lagi.
“Gak salah kok, Cuma tidak enak aja. Apa lagi aku dah bersuami dan anak–anakku dah beranjak dewasa”, jawabku kepada Randi.
Dia berdiri dan duduk disamping kananku. Aku mulai merasa takut, aneh pokoknya sudah tak karuan perasaanku. Aku sedikit menggeser kekiri, dia mengikuti geser pula, akhirnya aku berdiri karena aku merasa terlecehkan.
“Maaf ran, jangan begitu tidak enak sama pembantuku, apalagi aku dah bersuami”, aku berkata tegas.
Tapi dia ikut berdiri dan kedua tangannya memegang pundakku dan ditekan kebawah agar aku kembali–kembali duduk disofa.
“Maaf bu, tapi saya benar–benar kagum terhadap ibu, ibu cantik bahkan kecantikan ibu mengalahkan semua wanita yang masih berumur belasan tahun. Benar bu ini semua kejujuranku terhadap ibu, aku bisa saja mendapatkan wanita lain tapi menurutuku mereka tidak menarik bagiku tapi ibu yang menarik hatiku”, katanya lugu, apakah dia jujur apa tidak tapi yang jelas sudah lama suamiku tidak memujiku bahkan hampir tidak pernah memujiku.
“Maaf Ran aku dah tua, sudah punya anak dan suami, aku sudah berkeluarga dan aku merasa sangat berbahagia dengan keluargaku saat ini. Jadi kumohon jangan lakukan lagi”, pintaku terhadap Randi walaupun tak pungkiri aku merasa senang dipuji.
Randi mulai mengeluskan tangannya dirambuntuku lurus yang panjang sambil berkata:
“Ibu, aku tidak bermaksud merusak kebahagiaan ibu, tapi aku hanya mengatakan kalau aku suka sama ibu walau umurku lebih muda tujuh tahun dibawah ibu. Tapi menurutku ibu tetap cantik dan menarik.”
Dia mulai berani mendekap aku. Jantungku berdebar tak karuan, aku berontak tapi dia tetap tidak melepaskan pelukannya.


“cukup Randi, kamu jangan kurang ajar gini dong”, gerutuku masih dalam peluknya.
“Coba nikmati bu, jangan berpikiran ibu berselingkuh dari suami ibu, tapi berpikirlah bagaimana agar ini terasa indah”, begitu katanya menyakinkanku.
Dilepas pelukannya dan dia memandangi wajahku. Dan kuakui dia anak yang tampan. Dan tanpa sadar dia telah mencium pipiku, dia melihatku dengan mata sayu lalu tiba-tiba dia mulai mencium pipiku kembali. Ku akui aku menikmati ciuman mesranya dipipiku.
Dia kembali memelukku, tapi ini apa yang kurasakan dia menjilati kupingku, terus menjilati leherku kembali lagi kekuping terus menerus, aku hanya diam terpaku, akhirnya aku mendesis lirih. Dan seperti kehilangan kontrol akupun membalas menjilati kuping. Randi membalas tidak kalah jilatannya. Napasku terengah engah tanda napsuku mulai naik. Ternyata dia tahu aku telah terangsang dengan tingkahnya.
Tiba-tiba tangan kirinya dia taruh ke pahaku. Tetapi saat aku tidak menunjukkan reaksi, tangan Randi mulai mengelusi pahaku kemudian menaikkan elusannya ke peruntuku kemudian ke dadaku. Aku tepis kuat-kuat. Aku bisikkan agar jangan tidak sopan padaku.
Dia tunjukkan celana dalamnya yang telah terdorong mencuat karena tongkolnya yang ngaceng berat sambil telunjuknya menunjuk bibirnya agar aku diam. Kemudian dia perosotkan celananya hingga tongkolnya yang cukup gede dan ujung kepalanya yang merah berkilatan itu nampak tegak kaku mencuat dari rimbunan bulunya yang masih halus tipis.
Aku kaget banget dengan ulah Randi ini. Yang aku takutkan kalau-kalau pembantuku mendengar, masuk ke ruang tamu dan melihat apa yang terjadi di ruang tamu ini. Bisa-bisa aku dianggap serong sementara suamiku masih berada di kantor.
Aku berontak untuk berdiri dan meninggalkan ruang tamu. Tetapi Randi lebih sigap dan kuat. Direnggutnya rambutku dengan kasar hingga aku nyaris terjatuh. Kemudian dengan paksa mukaku ditundukkan ke arah selangkangannya.
Dia arahkan tongkolnya ke mulutku. Dia maksudkan agar aku mengulumnya. Kurang ajar dan kebangetan banget, nih anak. Tahu bahwa ada pembantuku di dapur dia berani mencoba melakukan macam ini padaku. Tapi aku tetap tidak mau.
Dengan lembut dia menidurkan aku disofa dan dengan lembut pula tanpa kata kata, dia membuka kancing bajuku dan dia menyentuh kedua bukit kembarku, aku mendesis desis. Dia lepas bukit kembarku dan berdiri sambil menutup celananya kembali yang sempat dikeluarkan penisnya. Dia berkata:
“Bu, kita kekamar ibu, dan suruh pembantu ibu pergi kemana gitu biar kita senang–senang tanpa ada yang menganggu…”
Aku diam terpaku dan masih bimbang apakah aku menerima berselingkuh apa menolaknya, apa ini sudah termasuk berselingkuh. Aku masih terdiam sementara Randi menunggu jawabanku untuk menerima berselingkuh dengannya. Aku masih berpikir apa aku harus menampar muka Randi dan mengusirnya. Tapi jujur kuakui kalau perilaku Randi membuat aku terangsang dan ingin membuatku berselingkuh. Dan akhirnya..
“Bi.. Bibi..”, Aku memanggil pembantuku.
Pembantuku datang dengan lari–lari kecil dan menyahut panggilanku.
“Ada apa bu?”
“Bibi sekarang ke pasar beli buah buat persediaan anak–anak”, perintahku.
Kebetulan buah–buahan yang dikulkas telah habis.
“Tapi bu, saya sedang masak”, bantah pembantuku.
“ya sudah tinggalkan saja, nanti sekalian mampir ke Rumah makan padang beli lauknya saja buat makan siang anak–anak”, perintahku kembali sama pembantuku.
“Baik bu”, jawab pembantuku.
“Oh ya sekalian jemput dwi ya, habis dari beli buah jemput Dwi”, perintahku lagi sama pembantuku. Dwi adalah putraku ke dua kelas satu SMP, biasanya pulang jam dua siang. Anak pertamaku karena kelas tiga jadi ada les tambahan.
“Baik bu”, jawab pembantuku.
Sambil ku beri uang belanja dan kunci motor aku sempat melirik Randi yang tersenyum–senyum padaku. Akupun belum begitu meresponnya. Pembantu telah pergi dan akhirnya tinggal aku dan Randi, sempat melihat jam menunjukan pukul 12. Dan nanti kurang lebih jam 2.15 siang pembantuku akan kembali bersama anakku, itu artinya aku masih punya waktu 2jam untuk bersama Randi.
Tapi jujur aku masih merasa bingung apa harus aku lakukan atau tidak, karena aku merasa bahagia dengan keluargaku saat ini juga, tetapi tak dapat kupungkiri aku sudah merasa terangsang dengan perilaku Randi. Tiba–tiba Randi berkata.
“Bu, ayo keruang keluarga sambil nonton tv”, ajak Randi.
Akupun melangkah keruang keluarga dengan Randi, dan setelah sampai diruang keluarga, kami duduk di karpet depan tv yang masih hidup. Tanpa basa basi, langsung saja dia merangkulku dan merobohkan aku dikarpet posisiku ditelentangkan, aku hanya protes,
“Rann… apa-apaan siih..”, katanya kita mau ngobrol saja kok begini…”
Dan sambil mencari kaitan BH di belakang tubuhku, dia menjawab saja,
“Sebenarnya… aku pengen bu…”
Setelah kaitan BH-ku terlepas, langsung saja BH-ku dibuka dan dijilat payudaraku serta dia menyedot-sedot puting susuku yang putih dan besar dan tanpa sadar aku mencoba memasukkan tangan kananku ke dalam celana Randi mencari cari penis yang sempat diperlihatkan kepadaku, tetapi karena celananya agak sempit sehingga aku kesulitan memasukkan tanganku dan langsung saja aku berkata entah sadar apa tidak karena sudah terlanjur berselingkuh:
“Ran, bukain celanamu, aku yoo.., kepingin… pegang punyamu”, pintaku.
Dan tanpa melepas puting susuku yang masih dia sedot, dia mulai melepas celana dan celana dalamnya sekaligus sehingga dia sekarang sudah telanjang bulat dan penisnya yang setengah berdiri itu langsung saja kupegang dan segera saja aku berkomentar,
“Ran, kok masih lembek.. Gak kayak tadi?”
“Coba saja di isap… pasti sebentar saja sudah tegang, mau?”, tanya Randi.
Sambil memandangi wajahku, dan akupun mulai menjilatinya, toh aku juga pernah sama suamiku. Dia melepas isapan mulutnya di payudaraku dan bangun serta duduk di dekat kepalaku sambil sedikit dia memiringkan badanku kearahnya dan dengan tidak sabaran langsung saja batang penisnya yang masih setengah berdiri kupegangi dan kepalanya ku jilat-jilat sebentar dan langsung dimasukkan ke dalam mulutku. Dia memutar badanku setengah tengkurap, aku segera saja memaju-mundurkan kepalaku sehingga penisnya keluar masuk di mulutku.
“Aah.., ooh, Buuu… teruss… ooh… enaaknyaa, Bu.. oohh”, kata Randi sambil membelai rambut di kepalaku dan sesekali dia menjambak dan baru sebentar saja aku menghisap penis Randi, terasa penisnya sudah tegang sekali.
Tiba-tiba saja penisnya dikeluarkan dari mulutku dan langsung dia berkata.
“Buuu…, isap.., lagii.., doong”, pintanya kepadaku.
Tetapi aku menjawab dengan sedikit meminta.
“Rann… tolong, punya saya juga…”
Ternyata dia langsung mengerti apa yang aku mau dan langsung saja dia merubah posisi dan dia menjatuhkan dirinya tiduran ke dekat kaki ku dan dia menarik celana dalamku turun serta melepas dari badanku.
Dengan perilakunya aku bergerak dan berganti posisi tidur di atas badan Randi sehingga vaginaku tepat berada di mulut Randi, maka tanpa bersusah payah dia sibak bulu-bulu vaginaku yang menutupi bibir vaginaku dan setelah itu dia membuka bibir vaginaku dengan kedua jari tangannya dan dia menjulurkan lidahnya menusuk ke dalam vaginaku yang sudah basah oleh cairan.
Ketika ujung lidahnya menyodok kelubang vaginaku, langsung saja ku menekan pantatku ke wajahnya sehingga terasa dia sulit bernafas dan langsung ku kocok-kocok penis Randi dengan jari tanganku.
Ketika lidahnya menjelajahi seluruh bagian vaginaku dan bibir vaginaku tetap dia pegangi, aku lalu menaik-turunkan pantatku dengan cepat dan aku merasa keenakan dijilati. Aku mendesah yang agak keras karena terlalu nikmat.


“ooh… Ran, aahh teruus.. Ran, aduuh… enak.. Ran… Ran… ooh…”, desahku.
Dan sesekali clitorisku yang sedikit menonjol itu dan sudah mulai terasa mengeras, dia hisap-hisap dengan mulutnya sehingga desahan demi desahan keluar dari mulutku, “ooh… itu.., Rannn, enaak, Sayang”, desahku kenikmatan dengan perilaku Randi. Dan aku melepaskan pegangan dipenisnya Randi dan Aku menjatuhkan diri dari atas tubuhnya dan tidur telentang sambil memanggilnya.
“Rann, sayang, sini, Saya sudah nnggak tahaan… ayoo… sini… Raann”, memintaku sama Randi sang polisi muda.
Dia segera saja bangun dan membalik badannya serta dia menaiki tubuhku dan aku ketika tubuhnya sudah berada di atasku, aku membuka kakiku lebar-lebar dan dia tempatkan kakinya di antara kedua kakiku. Dengan nafas terengah engah dan mencoba memegang penisnya aku berkata,
“Raann.., cepat dong, masukin. Saya sudah tidak tahan.”
“Tunggu sayang, biar Aku saja yang masukin sendiri”, kata Randi sambil memindahkan ke atas, tanganku yang tadi mencoba memegang penisnya tetapi rupanya aku akui sudah tidak sabaran lalu kembali aku berkata.
“Rann, ayoh dong, cepetaan, dimasukiin, punyamu itu!”, aku memintanya kembali.
Dan tiba–tiba Randi memegang penisnya dan menggesek-gesekkan di belahan bibir vaginaku beberapa kali dan kemudian dia mulai menekan ke dalam serta,
“Blees”, terasa dengan mudahnya penisnya masuk ke dalam lubang vaginaku dan aku terkaget bersamaan penis Randi masuk kedalam vaginaku.
“Aduh… Raan”, aku sambil mendekap Randi erat-erat.
“Sakit, sayang?”, tanya Randi.
Dan aku hanya menggelengkan kepalaku sedikit dan aku menciumi disekitar telinga Randi aku pun berbisik,
“Enaak, Rann…”, aku mendesis.
Dia menciumi wajahku dan sesekali dia hisap bibirku sambil dia memulai menggerakkan pantatnya naik turun pelan-pelan, aku mencengkram punggungnya Randi dengan keras. Dan aku berkata sambil menikmati goyangan pantat Randi.
“Ran, coba diamkan dulu pantatmu itu…”, pintaku sama Randi.
Ran pun menuruti saja permintaanku. Aku langsung mempermainkan otot-otot vagina kenikmatanku, dan Randi terasa penisnya seperti di pijat-pijat serta tersedot-sedot dan jepitan serta sedotan vaginaku semakin lama semakin kencang sehingga penisnya terasa begitu nikmat dan akupun menikmatinya. Dan ternyaya Randi terlena keenakan.
“oohh… sshh… Bu… enaknya… ooh… terus Bu, aduuh, enaak!”, Randi merasa menikmati sedotan vaginaku.
Dan Randi sudah tidak dapat tinggal diam saja, langsung pantatnya naik turun sehingga penisnya keluar masuk lubang vaginaku serta terdengar bunyi, “Crreett… crettt…”, secara beraturan sesuai dengan gerakan penisnya keluar masuk vaginaku yang sudah sangat basah dan becek.
“Rannn, cabut dulu punyamu, biar aku lap dulu punyaku sebentar”, kataku sama Randi.
“Biar saja Bu… nikmat begini kok”, sahutnya sambil meneruskan gerakan penisnya naik turun semakin cepat dan aku tidak memperhatikan jawabannya karena merasa kenikmatan yang sangat enak.
“ooh… sshh… aakk, aduuh, Raan, teruskan Rann, ooh..”, sambil mempercepat goyangan pinggulku serta kedua tanganku yang dipunggungnya selalu menekan-nekan disertai sesekali aku menyempitkan lubang vaginaku sehingga terasa penisnya terjepit-jepit dan aku menikmati hal seperti ini.
“ooh.. Bu… sshh.. oohh.. enaak.., Buuu.. aku, aku sudah nggak kuat, mau… keluarr, Bu…”, desahanknya yang sudah tidak kuat lagi menahan keluarnya air maninya.
“Rann, ayoo… Ran aduuh, ooh… Aku juga, ayoo sekaraang, aakkrr.., Sayang”, dan dia melepas air maninya semuanya ke dalam vaginaku sambil dia menekan penisnya kuat-kuat dan aku pun mendekapnya dengan sekuat tenagaku.


Baru sekarang kuraih kenikmatan yang luar biasa. Sungguh aku merasa nikmat, walau aku merasa bersalah terhadap keluargaku. Dia terkapar di atas badanku dengan nafas ngos-ngosan demikian juga dengan nafasku yang sangat cepat. Setelah nafas kami mulai mereda, lalu dia berkata,
“Bu, aku cabut ya punyaku”, dan sebelum dia menghabiskan perkataannya, aku cengkeram punggungnya dengan kedua tanganku dan aku berkata.
“Jangaan duluu, Rann, Aku masih ingin… punyamu tetap ada di dalam.”
Dia pun menuruti kata–kataku. Setelah agak lama dalam vaginaku, dikeluarkan penisnya dari vaginaku. Kamipun merapikan diri. Setelah kulihat jam ternyata menunjukkan pukul 13.15, Randi pun berpamitan akan pulang sambil melumat bibirku. Aku pun membalas ciuman mulutnya.
“Terimakasih bu, aku sangat puas”, kata Randi berbisik dikupingku.
Aku hanya diam tak menjawab, Randi pun langsung keluar rumah dan pergi. Aku merasa aneh dengan diriku, aku telah berselingkuh dari suamiku dan keluargaku tapi hati kecilku meras senang dengan kejadian ini.
Setelah kejadian ini aku merasa bersalah dengan keluargaku, aku mencoba untuk memperbaiki sikapku. Tapi setiap malam aku merasa kangen dengan Randi dan ingin berselingkuh. Bahkan saat berhubungan dengan suamiku aku membayangkan sedang berselingkuh dengan Randi yang sangat lihai membuat aku mudah terangsang.
Aku dan Randi pun berselingkuh lagi dengan memanfaatkan hari kamis dimana aku libur kerja dan dia piket malam hari. Sampai saat ini aku dan Randi masih berselingkuh, sesekali kami berselingkuh melalui phone sex, atau sms sex. END
UA-87914129-1